REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Menteri Agama RI, Romo R Muhammad Syafi’i mendorong agar masjid dijadikan sebagai pusat pembinaan umat yang holistik, tidak hanya sebagai tempat ibadah ritual, tetapi juga sebagai episentrum transformasi sosial, pendidikan, ekonomi, dan kebudayaan.
Hal ini disampaikan saat membuka Sarasehan Kemasjidan dan Lokakarya Nasional Badan Kesejahteraan Masjid (Saraloka BKM) di Jakarta, Senin (7/7/2025) malam.
Menurut dia, masjid harus kembali ke ruhnya sebagai episentrum peradaban seperti era Nabi Muhammad SAW.
“Sejak masa Rasulullah hingga Khilafah Utsmaniyah, masjid adalah tempat pendidikan, pelayanan sosial, musyawarah, bahkan basis logistik perjuangan. Itu modal sosial yang sudah final,” ujar Romo Syafi'i dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (8/7/2025).
Kegiatan Saraloka BKM merupakan bagian dari rangkaian Peaceful Muharramyang digelar Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama.
Romo Syafi'i mengajak seluruh pengelola masjid untuk menjawab kebutuhan riil umat, khususnya generasi muda.
“Kalau ingin anak muda betah di masjid, maka hadirkan klinik, perpustakaan, layanan zakat, hingga beasiswa pendidikan. Itulah masjid yang menjawab tantangan zaman,” ucap dia.
Romo Syafi'i juga menyoroti kecenderungan menyempitkan fungsi masjid hanya sebagai tempat ibadah tanpa kesinambungan program. Dia menekankan pentingnya menghadirkan program konkret bagi keluarga, anak-anak, dan ekonomi umat.
“Berapa banyak masjid yang menjadi pusat ekonomi umat? Coba lihat, seberapa serius kita membina anak-anak atau keluarga sakinah secara nyata, bukan hanya lewat ceramah?” kata dia.
Lebih jauh, dia pun mengusulkan optimalisasi dana keagamaan seperti zakat, infak, dan wakaf secara produktif dengan sistem pengelolaan yang transparan dan profesional.
“Lihat Al-Azhar di Mesir, wakafnya mampu menopang keuangan negara. Kalau kita kelola wakaf secara produktif, itu bukan mustahil terjadi di Indonesia,” ujar Romo Syafi'i.
