Selasa 05 Mar 2019 16:36 WIB

Akhir Riwayat Dar al-'Ilm

Dar al'Ilm akhirnya hilang bersama pendirinya, Khalifah Hakim.

Rep: Rahma Sulistia/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada yang abadi di dunia ini. Hal itu juga dialami Dar al-'Ilm. Sempat berjaya sebagai pusat ilmu yang jadi kebanggaan bangsa Mesir, Dar al'Ilm akhirnya mati bersama pendirinya, Khalifah Hakim. Kematian lembaga beserta pendirinya itu seolah tanpa direncanakan dan tergolong brutal.

Sejarah mencatat, Dinasti Fatimiyah mulai dipimpin oleh al- Hakim pada sekitar tahun 999 Masehi. Enam tahun kemudian ia membangun Dar al-'Ilm. Selama seabad lebih keberadaan Dar al-'Ilm, seluruh dunia mengakui bahwa tempat itu memang tempatnya para jenius berkumpul.

Baca Juga

Pada tahun 1020 Masehi, al-Hakim dikabarkan mengenakan jubah kebesarannya dan mengendarai keledai seorang diri di malam hari untuk menuju perbukitan di sebelah timur Kairo. Orang menganggap al- Hakim menuju ke perbukitan tersebut untuk bermeditasi.

Namun, pada Februari 1021 Masehi, sejak perjalanan terakhirnya itu, al-Hakim dikabarkan menghilang. Dicurigai ada permainan jahat, sampai pada suatu hari di salah satu gunung ditemukan keledai tanpa penunggangnya, serta jubah berlumuran darah.

Setelah kepergian al-Hakim, Dinasti Fatimiyah berangsur membaik, yakni saat dinasti ini dipimpin cucu al-Hakim yang bernama al-Mustansir. Ia memerintah pada 1036 hingga 1094 Masehi. Namun, kemudian pecah bentrokan antara pasukan Berber, Turki, Persia, Arab, dan Sudan. Kondisi ini diperburuk oleh kelaparan yang membuat politik kian tidak stabil. Perekonomian pun di ambang kehancuran.

Pada tahun 1068, para tentara menjarah istana, termasuk perpus takaan kerajaan, dan koleksi bukubuku di Dar al-'Ilm yang saat itu diperkirakan berjumlah 1,6 juta buku. Menurut al-Maqrizi dalam tulisannya, beberapa buku jatuh ke tangan Suku Berber yang konon menggunakan beberapa sampul bukunya itu untuk dijadikan sandal.

Sedangkan, halaman-halaman bukunya, mereka bakar untuk bahan bakar, hingga abunya membentuk bukit-bukit besar yang pada zaman al- Maqrizi disebut tilal al-kutub atau bukit buku. Setelah kejadian kelam itu, Dar al-'Ilm sempat kembali bangkit lagi. Namun, pada 1119, permasalahan kembali muncul karena ada upaya untuk membelokkan tujuan awal didirikannya 'Rumah Ilmu Pengetahuan' tersebut.

Akibatnya, ketika para kaum fanatik agama mengambil alih Dar al- 'Ilm pada 1119, pemerintah memutuskan untuk menutupnya. Sempat dibuka lagi, tetapi pada 1121, ditutup lagi karena alasan yang sama.

Lalu, pada tahun 1123, Khalifah al- Amir memerintahkan agar Dar al-'Ilm dibuka lagi. Benar, Dar al-'Ilm dibuka lagi selama 48 tahun, tepatnya hingga akhir Dinasti Fatimiyah pada tahun 1171. Setelah itu, 'Rumah Ilmu Pengetahuan' kembali ditutup karena tidak ada lagi catatan penelitian yang dilakukan di sana.

Maka, berakhirnya riwayat 'Rumah Ilmu Pengetahuan'. Dar al-'Ilm yang pernah jaya itu luruh bersamaan de ngan runtuhnya Dinasti Fatimiyah yang ditandai oleh wafatnya khalifah ter akhir, yakni al-Adid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement