Selasa 19 Feb 2019 14:51 WIB

Materi Ekonomi dalam Dakwah Dibutuhkan

umat Islam yang mampu secara ekonomi cenderung konsumtif.

Rep: Umar Muchtar/ Red: Agung Sasongko
Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai pemaparan materi ekonomi dalam dakwah penting diperhatikan. Apalagi umat Islam di Indonesia masih tertinggal di bidang ekonomi.

"Yang disampaikan Pak Jusuf Kalla itu penting agar umat lebih sadar pentingnya kemajuan ekonomi. Salah satu bidang yang umat Islam paling tertinggal adalah ekonomi," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (18/2).

Abdul Mu'ti menambahkan, selain kemajuan ekonomi, umat juga harus menekankan pentingnya etos kerja, hidup sederhana dan kerjasama. Dia melihat, umat Islam yang mampu secara ekonomi cenderung boros, konsumtif, dan kurang kerjasama.

"Ini juga harus dibenahi dan menjadi bagian dari dakwah, selain masalah mindset dan mental," papar dia.

Menurut Abdul Mu'ti, materi dakwah sekarang ini didominasi persoalan yang bersifat ritual, hukum fikih terkait ibadah mahdlah, masalah sehari-hari yang bersifat pribadi seperti keluarga, pinjam-meminjam, dan sejenisnya. "Syiar dan semaraknya kegiatan agama belum berkorelasi dengan kemajuan umat," terang dia.

Sebelumnya, Wapres JK meminta materi khutbah atau ceramah di masjid-masjid tidak hanya membicarakan persoalan ritual keagamaan. Ketua umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu menyarankan, materi yang disampaikan kepada jamaah juga meliputi masalah-masalah ekonomi.

"Saya dulu pernah membuat suatu edaran bahwa sebaiknya khotbah atau ceramah-ceramah itu 60 persen agama, 40 persen itu (membahas) masalah-masalah ekonomi, masalah keduniaan. Bagaimana berusaha lebih baik," kata JK saat dalam acara silaturahim pemuda dan remaja di Bengkulu, Ahad (17/2) lalu.

Menurut JK, materi ceramah yang berisi persoalan ekonomi juga merupakan bagian dari dakwah. Sebab, masalah ekonomi dapat berkaitan dengan ketakwaan umat. Ada anggapan selama ini, kemiskinan dekat dengan kekufuran. Karena itu, JK menganjurkan adanya pelatihan wirausaha kepada jamaah masjid.

"Setiap Jumat, misal, bank syariah datang menjelaskan tentang bagaimana kesempatan ekonomi, kemudian dia buka kios disini, bergabung. Banyak hal-hal yang bisa dilakukan," kata pria kelahiran Sulawesi Selatan itu.

JK memandang umat Islam saat ini masih tertinggal dari segi berwirausaha. "Semua tahu itu bagaimana Rasulullah berdagang dari Syam--Syria, Suriah (namanya) sekarang. Karenanya, perlu upaya kita ke depan, bagaimana ekonomi menjadi baik dan bagaimana mendapat kemakmuran dari ekonomi. Itulah maka selalu saya katakan, bahwa saudara-saudara, ikutilah sunnah Rasul, (yakni) berdagang," ucap JK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement