Rabu 13 Feb 2019 20:15 WIB

Bagaimana Islam Memandang Sihir? (3)

Membahas sihir, tidak lepas dari kisah tentang Harut dan Marut

(ilustrasi) api unggun
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) api unggun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Quraisy Shihab melalui bukunya, Kumpulan Tanya Jawab Mistik, Seks, dan Ibadah, memaparkan ihwal Harut dan Marut. Dia menjelaskan, menurut sementara ulama, dua nama itu merujuk pada sosok manusia. Awalnya, keduanya begitu taat kepada Allah SWT. Bahkan, mereka sempat dinamai malaikat.

Pendapat lainnya menegaskan, Harut dan Marut memang termasuk kalangan malaikat. Kisah tentang mereka bermula ketika para malaikat mengetahui tingkah-polah manusia yang membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi.

Mereka berandai-andai, mungkin lebih baik bila tugas menjadi-khalifah Allah di muka bumi ditunaikan oleh bukan manusia. Mereka lalu mengadukan kegelisahan ini kepada Allah.

“Inilah ‘unek-unek’ malaikat yang kedua, setelah unek-unek yang pertama yang diuraikan QS (Alquran surat) al-Baqarah 2:30-33,” kata Quraish Shihab dalam bukunya.

Maka Allah Yang Mahakuasa menyuruh para malaikat agar memilih dua sosok di antara kalangan mereka sendiri sebagai pelaksana tugas khalifah Allah di bumi. Perintah itu lebih sebagai ujian, apakah benar malaikat lebih sempurna dalam menjalankan tugas kekhalifahan.

Dua malaikat terpilih itu adalah Harut dan Marut. Keduanya turun ke bumi dengan dilengkapi potensi-potensi kemanusiaan.

Baca juga:

 

 

Namun, Harut dan Marut kemudian mengalami banyak godaan. Akhirnya, keduanya terjerumus ke dalam rayuan—beberapa riwayat menyebut lantaran perempuan.

“Itu sekelumit kisahnya ditemukan dengan panjang lebar dalam berbagai kitab tafsir. Kisah ini dipahami oleh sementara pakar sebagai kisah simbolik,” tulis Quraish Shihab.

Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 memaparkan penjelasan tentang surat al-Baqarah yang berbicara tentang Harut dan Marut. Dalam surat al-Baqarah ayat 101, Allah berfirman yang artinya, “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)-nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).”

Kata mereka pada terjemahan ayat itu merujuk pada kaum Yahudi. Menurut Ibnu Katsir, sekelompok dari kaum Yahudi telah mencampakkan kitab Allah yang di dalamnya terdapat berita kedatangan Nabi Muhammad SAW.

Bahkan, mereka lebih suka mempelajari dan melakukan sihir demi menolak kenabian Rasulullah SAW--yang bukan dari bani Israil.

Pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAW, ada seorang Yahudi yang bernama Labid bin A’sham. Untuk mencelakakan Rasulullah SAW, si Yahudi tadi pernah berupaya mengirimkan sihir kepada beliau SAW. Namun, Allah memperlihatkan dan menyelamatkan utusan-Nya itu. Kisah ini disarikan dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement