Rabu 13 Feb 2019 19:47 WIB

Bagaimana Islam Memandang Sihir? (1)

Secara bahasa, sihir berasal dari istilah Arab untuk 'tipu daya'

Sihir
Sihir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam jelas mengharamkan praktik-praktik sihir. Dalam sebuah hadis riwayat Nasa’i dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW menyejajarkan sihir dengan syirik sebagai dosa yang paling besar di sisi Allah SWT.

Barangsiapa membuhul tali dan meniupnya berarti ia telah melakukan sihir. Barangsiapa yang melakukan sihir berarti ia telah syirik,” demikian sabda Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga

Secara kebahasaan, sihir berakar kata dari bahasa Arab, as-sihr, yang berarti ‘tipu daya’ atau ‘pesona.’ Biasanya, ada niat jahat pelaku sihir yang ditujukan kepada sasaran-sasaran tertentu. Beberapa praktik ilmu sihir, misalnya, mampu mengubah perasaan seseorang terhadap pasangannya. Awalnya sayang, tetapi tiba-tiba membenci.

Sebaliknya, seseorang dapat meminta jasa tukang sihir supaya orang tertentu jatuh cinta kepadanya. Pada eksesnya, sihir dapat menyebabkan seorang suami menceraikan istrinya tanpa sebab masuk akal. Demikian pula, target sihir boleh jadi mengalami sakit fisik atau bahkan meninggal dunia.

Sebagai fakta sosial, sihir telah menjadi fenomena di sejarah umat manusia. Penulis buku The History of Magic (1948), Kurt Seligmann, memaparkan beberapa ilmuwan telah memperdebatkan kegunaan sihir.

Dalam esainya tentang sains supranatural (occult sciences), Eusebe de Salverte menilai sihir sebagai upaya-upaya mengelabui. Pelakunya awalnya adalah para pemuka suku-suku zaman purba.

Toh zaman terus berubah. Datangnya era sains modern membebaskan orang-orang (dalam hal ini: bangsa Eropa) dari tipu-tipu tukang sihir. Perubahan dari sains supranatural menjadi sains modern dilatari munculnya keraguan kritis.

Kaum cendekiawan berupaya menyelidiki berbagai fenomena alam secara logis dan empiris. Hal itu berbeda daripada apa-apa yang ditawarkan para pemuka suku yang masih mengandalkan sihir.

Sementara itu, menurut antropolog Hubert dan Mauss, para tukang sihir pada zaman primitif bukanlah penipu--sebagaimana definisi "penipuan" dalam masyarakat modern. Seorang penyihir lebih sebagai pemberi legitimasi untuk kekuasaan status quo. Biasanya, mereka mendukung kepemimpinan seorang raja dengan kekuatan “magis” yang ditunjukkannya kepada khalayak rakyat.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement