REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Besarnya animo kaula muda untuk hijrah, khususnya di kota-kota besar, seperti Surabaya, menjadi sorotan Syabab Hidayatullah, Jawa Timur. “Antusiasme ini harus disergap, sehingga keistikomahan mereka dalam meniti jalan yang benar, dapat terus dijaga,” kata Ketua Syabab Jawa Timur, Syahri Sauma melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (3/2).
Tak terkecuali, kata Sauma, memberikan ketenangan batin dalam beribadah, dengan cara 'menyingkirkan' segala sesuatu yang bisa mengusik kekhusyuan, semisal tato di tubuh. "Karena itu, pengurus Syabab Jawa Timur berinisiatif mengadakan program hapus tato untuk teman-teman hijrah," ujarnya. Kegiatan tersebut diadakan di Surabaya, Sabtu (2/2).
Sauma menambahkan, tidak sedikit para pemuda hijrah merasa tidak tenang dalam menjalani ibadah, disebabkan keberadaan tato yang kadung menyatu dengan kulit itu. Belum lagi pandangan negatif masyarakat terhadap orang bertato.
Hal itu menjadi beban moral tersendiri dalam proses berhijrah. "Keluhan inilah yang kami, pengurus Syabab Jatim tangkap, sehingga berjuang sekuat tenaga untuk mengadakan hapus tato di daerah Jawa Timur, khususnya Surabaya," terangnya.
Seperti yang diprediksi. Belum dua minggu pengumuman disebar, program hapus tato ini sudah kebanjiran peminat.
Sauma mengungkapkan, tidak kurang dari 200 orang hendak mendaftarkan diri sebagai peserta hapus tato. Mereka tidak hanya datang dari Surabaya dan sekitar, bahkan ada yang dari Jawa Tengah.
"Karena keterbatasan kemampuan, dengan sangat terpaksa, kami hanya menerima 70-an peserta saja," terang dosen STAI Luqman al-Hakim, Surabaya ini.
Seorang peserta mengikuti program hapus tato yang diadakan oleh Syabab Jawa Timur.
Melihat tingginya peminat program hapus tato ini, Sauma memaparkan, bahwa pengurus Syabab Jatim, telah merancang program masa panjang. "Kita ingin kelak bisa mengadakan secara mandiri. Syabab punya wacana, ke depan bisa membeli peralatan hapus tato, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Seperti mobil ambulance dan tempat klinik," terangnya.
Syabab Jatim berharap bisa maksimal dalam memberikan pelayanan. Bisa menggunakan strategi 'jemput bola.' “Sehingga, cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” tuturnya.
Tapi jujur, aku Sauma, mimpi ini masih terbentur keras oleh kesiapan dana. Setelah dikalkulasi, terang penulis buku 'Kyai dan Prostitusi' ini, dana yang dibutuhkan lebih dari Rp 500 juta. Angka yang besar.
"Karena itu, kami mengundang segenap para muhsinin, baik itu individu maupun institusi, untuk menyumbangkan donasi, guna menyukseskan program ini," harap Sauma.