REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tahun 2019 disebut-sebut sebagai tahun politik. Kontestasi yang terjadi di antara kubu-kubu tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga dunia maya.
Tidak jarang pengguna media sosial menemukan perang kata-kata dari para pendukung masing-masing kontestan. Bila sudah demikian, etika menjadi sesuatu yang mudah dilupakan.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi, Prof Dadang Kahmad menegaskan arti penting etika komunikasi saat seorang Muslim menggunakan media sosial. Menurutnya, teknologi seharusnya mempererat rasa kemanusiaan dan empati, bukan justru malah menafikannya.
Dia lantas mengimbau seluruh elemen bangsa, khususnya warga Muhammadiyah, agar semakin cerdas, dewasa, bijak, dan beretika mulia dalam bermedia sosial.
“Walaupun pilihan politik berbeda, tidak menebar pertentangan dan permusuhan satu sama lain,” kata Dadang Kahmad dalam rilis yang diterima Republika, Selasa (15/1).
Secara khusus, dia meminta kader Muhammadiyah agar memahami prinsip, kepribadian, dan khittah organisasi tersebut. Tujuannya, agar segenap warga Muhammadiyah tidak hanyut terbawa arus politik praktis, apalagi yang tega menyebarkan benih konflik dan kebencian terhadap pribadi.
“Anggota dan kader Muhammadiyah harus menunjukkan rasa memiliki Muhammadiyah. Jangan karena politik malah menegatifkan Muhammadiyah,” ujarnya.
Selain itu, dia juga berharap adanya situasi kondusif menjelang dan ketika gelaran Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta pemilihan umum legislatif pada April 2019 nanti. Kontestasi politik itu dinilai tidak boleh menjadi ajang perpecahan di internal umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Sebagai suatu organisasi yang besar, Muhammadiyah diakui memiliki banyak kader yang berkiprah di macam-macam bidang. Dadang menginginkan agar setiap kader yang sedang menekuni dunia politik tetap menjaga nama baik lembaga yang didirikan KH Ahmad Dahlan 106 tahun silam itu, termasuk dalam memanfaatkan media sosial.
“Warga Muhammadiyah jangan mempertentangkan Islam dan perjuangan umat Islam dengan Muhammadiyah, apalagi menimbulkan kesan seolah-olah Muhammadiyah menyempal dari perjuangan Islam,” ucapnya.