Kamis 10 Jan 2019 12:12 WIB

Muslim Belanda Aktif Kampanyekan Islam Agama Damai

umat Islam secara konsisten melibatkan warga Amsterdam dalam kegiatan mereka.

Muslimah di Belanda.
Foto: Rnw.l/c
Muslimah di Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski ada tak kurang dari 44 masjid di kota, sejumlah tuduhan miring masih kerap ditujukan kepada umat Islam. Salah satu masjid yang paling konservatif di kota ini adalah el-Tauhid.

Masjid el-Tauhid telah dituduh menyebarkan ideologi radikal. Ini menyusul pembunuhan terhadap sutradara film Belanda Theo van Gogh. Pelaku kebetulan adalah seorang pemuda Muslim yang kerap beribadah di masjid tersebut.

Pada 2004, keamanan dalam negeri Belanda mengatakan, akan mengawasi masjid el-Tauhid dengan ketat. Sebelum terjadinya insiden pembunuhan, masjid telah berada di bawah pengawasan karena menjual buku yang mengandung kontroversi bagi Amsterdam.

Menanggapi tuduhan ini, anggota dan mantan ketua komite pemuda masjid Abdelkarim At-Tetouani mengatakan, pintu masjid selalu terbuka untuk pengunjung ataupun personel keamanan.

Baca: Geliat Dakwah Islam di Amsterdam

Bahkan, sebetulnya, tak hanya di el-Tauhid, umat Islam secara konsisten melibatkan warga Amsterdam dalam kegiatan mereka. Hal ini agar warga mereka dapat mengenal Islam lebih baik.

Pada 2005, digelar Festival Ramadhan. Dalam kegiatan tersebut, ada program dialog dengan masyarakat kota dan menutup kesenjangan antara Muslim dan non-Muslim . Festival ini terus dilakukan setiap Ramadhan hingga saat ini.

Muslim juga melakukan kampanye untuk menghapus stereotip dan asumsi berdasarkan atribut, seperti seperti warna kulit dan pakaian.

Pelarangan jilbab memang tidak eksplisit di Belanda, juga di Ibu Kota. Pendapat yang berlaku adalah pelarangan burqa dengan alasan tertentu, seperti pertimbangan keamanan. Namun, CGB (Komite Equal Opportunities) menyatakan, pada 2003 larangan mengenakan jilbab atau burqa di sekolah Amsterdam merupakan tindakan diskriminatif.

Baca Juga: Indikator Eksistensi Islam di Belanda

Pada tahun yang sama, salah satu perguruan tinggi kejuruan di Amsterdam melarang  tiga siswanya mengenakan burqa. Polisi secara paksa melepaskan burqa tersebut saat salah satu mahasiswi mencoba memasuki sekolah.

Secara hukum tindakan yang dilakukan universitas dibenarkan dengan alasan bahwa penutup wajah dapat menghambat kontak mata  yang merupakan bagian penting saling menghormati.

Pada 2005, Parlemen mengadopsi resolusi yang mendesak pemerintah  melarang masyarakat mengenakan penutup wajah atau burqa. Menteri terkait menyatakan, larangan tidak dilakukan secara hukum, tetapi larangan mengenakan burqa diperbolehkan dalam kasus-tertentu.  Seperti di sekolah atau di dunia kerja.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement