REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Wakaf Indonesia (BWI) menilai perkembangan signifikan dunia perwakafan di Tanah Air. Ini antara lain ditandai dengan memasyarakatnya wakaf di kalangan akar rumput.
“BWI sangat bersyukur, wakaf sudah semakin memasyarakat dari kalangan bawah, menengah, sampai atas,” kata Ketua Divisi Humas, Sosialisasi, dan Literasi (Husoli) BWI Atabik Luthfi saat dikonfirmasi Republika.co.id, Ahad (30/12).
Menurut dia, hal itu tidak lepas dari peran pemerintah yang cukup besar, seperti, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kementerian Agama (Kemenag).
Selain itu, peran lembaga juga sangat perbengaruh, seperti, Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU) dan nazhir wakaf, baik individu maupun lembaga.
Atabik mengatakan, perkembangan terbaru dan signifikan dalam wakaf produktif adalah peluncuran Wakaf Link Sukuk pada kegiatan IMF di Nusa Dua Bali, Bali.
Tindak lanjut dan realisasi peluncuran itu pada acara ISEF di Surabaya dalam bentuk komitmen cash wakaf link sukuk (CWLS) dari perbankan syariah, mencapai Rp 50 miliar.
Dia mengatakan, edukasi dan sosialisasi wakaf terus disemarakkan, misalnya di perguruan tinggi dengan program Wakaf Goes to Campus, diskusi kelompok terarah (FGD) untuk ketua program studi, dosen, dan akademisi.
Sementara di masyarakat, dia menjelaskan, ada program Gerakan Indonesia Sadar Wakaf (Giswaf) kerja sama BWI, BI, dan Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor yang pertama kali diadakan di Masjid Al-Falah Surabaya pada 10 Desember. Program tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan road show ke beberapa daerah seluruh Indonesia.
“Program wakaf produktif terus bergulir dengan nazhir-naszhir wakaf, seperti RS Mata Aini di Serang, Warung Wakaf, gedung perkantoran wakaf, dan sebagainya,” ujar dia.
Atabik berharap sinergitas ta'awun antarnazhir atau lembaga wakaf, LKSPWU terus terjalin untuk menghadirkan program wakaf spektakuler bersama.