REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah ini sangat masyhur diceritakan olah ulama. Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi, misalnya, dalam kitabnya yang bertajuk at-Tawwabin, menukilkan cerita ini sebagai bahan pelajaran. Ada banyak hikmah di dalamnya, tetapi yang paling mendasar adalah ulama hendaknya tetap rendah hati, dan meminta petunjuk Allah SWT selalu, ini seperti yang tertangkap dari pengalaman Nabi Daud AS.
Nabi Daud terkenal sebagai sosok panutan yang disiplin. Ia membagi waktu sehari-harinya menjadi empat bagian. Satu hari khusus untuk mengkaji ilmu bersama Bani Israil, sehari lainnya untuk beribadah di mihrab, sehari lagi untuk pengadilan, dan sehari lainnya untuk para istri.
Tetapi, justru di sinilah ujian Allah datang menghampirinya. Sewaktu mengisi pengajian bersama Bani Israil, tiba-tiba seseorang dari mereka berseloroh bahwa tak sehari pun yang dilewati anak Adam, kecuali ia pernah berbuat dosa.
Merasa terhindar dari ungkapan itu, Daud tebersit di hatinya untuk sedikit berbangga hati. Bahwa dia tidak termasuk dari apa yang disangkakan oleh umatnya. Tetapi, hal itu justru mendapat teguran dari-Nya. “Hai Daud, waspadalah, hingga cobaan mendatangimu,' firman Allah.