REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak awal berdiri, Madrasah Muallimaat disiapkan untuk pendidikan pengkaderan. Selama satu abad ini yang dikembangkan Madrasah Muallimaat sesuai dengan visinya yakni "Mu’allimaat sebagai sekolah kader perempuan berkemajuan yang mempunyai tujuan untuk mencetak calon ulama, pemimpin,dan pendidik putri Islam."
Salah Satu Ketua di PP Aisyiyah dan Wakil Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Madrasah Mu’allimin Mu’allimaat Muhammadiyah, Shoimah Kastolani mengatakan hal itu tertulis di papan pintu gerbang Madrasah Muallimaat Muhammadiyah. "Setiap hari selama enam tahun para siswa membaca tulisan tersebut. Sehingga menginternalisasi pada pribadi setiap siswi,” kata Shoimah Kastolani pada Republika.co.id Rabu (5/12).
Shoimah yang menjadi siswi di Madrasah Muallimaat 55 tahun yang lalu mengakui karena enam tahun dididik di Madrasah Muallimaat maka pada pribadinya tertanam bahwa “saya calon pemimpin putri Islam”. Karena itu, mereka selalu berpikir harus berbuat sesuatu di masyarakat. "Ada dorongan dalam diri saya bahwa sebagai kader Muhammadiyah ingin selalu berbuat baik di masyarakat, suka mengembangkan kesalehan sosial,” tuturnya.
Lebih lanjut Shoimah mengatakan madrasah Muallimaat Muhammadiyah terus melakukan pengembangan kerja sama dengan berbagai pihak. Pengembangan hubungan internasional dilakukan dengan berbagai program kegiatan. Di antranya melalui Mubaligh hijrah ke negara Malaysia, Singapura, Philipina, Taiwan.
Sejak dirintis dan didirikan Madrasah Muallimat untuk mendidik calon-calon pemimpin putri Islam. Bahkan sejak satu abad yang lalu KH Ahmad Dahlan sudah sadar jender yang berpesan: Urusan dapur jangan menjadikan kamu tidak melayani masyarakat.
"Karena itu siswi dari madrasah Muallimaat disiapkan menjadi kader Muhammadiyah/Aisyiyah dan bermanfaat di masyarakat. Kini alumninya sudah berdiaspora ke seluruh Indonesia bahkan sampai keluar negeri," ujarnya.