REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) menggelar Rapat Kerja (Raker). Raker yang mengusung tema “Penguatan Dakwah Aswaja An Nahdliah di Era Millenial” itu diadakan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (29/11).
Raker dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj; Sekjen PBNU, H Helmi Faisal Zaini; Pj Rais Am PBNU, KH Miftahul Akhyar; Rais Syuriah PBNU, KH Zaki Mubarak; Katib Syuriah NU, KH Yahya Cholil Staquf; Ketua PBNU, KH Manan Ghani; Ketua Lembaga Dakwah PBNU, KH Agus Salim; Sekretaris LD PBNU, Dr KH. Bukhori Muslim; dan seluruh pengurus Lembaga dan Divisi Lembaga Dakwah PBNU priode 2018-2020.
Siaran pers LD PBNU yang diterima Republika.co.id, Kamis (29/11) menyebutkan, Raker mengagendakan pengukuhan pengurus Lembaga Dakwah PBNU dan pengurus Pengurus Pendidikan Dai Penggerak NU priode 2018-2020. “Rapat kerja ini pun dimaksudkan untuk menyusun program kerja LD PBNU priode 2019-2020,” kata Ketua LD PBNU, KH Agus Salim.
Ia menambahkan, program kerja LD PBNU difokuskan kepada kegiatan dakwah yang merespons realitas kekinian, yang menampilkan dakwah Aswaja An Nahdliah. Program tersebut di antaranya yaitu: pertama, penguatan dakwah Aswaja An Nahdliah di era milenial, melalui kaderisasi dai di berbagai daerah dan penguatan dakwah di media sosial.
Kedua, membangun kemitraan strategis dengan berbagai instansi dan lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah. Ketiga, pengiriman dai ke berbagai daerah dan luar negeri untuk mengenalkan Islam ramah dan berkomitmen kebangsaan. Keempat, pembinaan muallaf melalui pendirian Mualaf Centre.
“LD PBNU sebagai organisasi yang menjadi ruhnya perjuangan NU, memegang amanah yang cukup berat, untuk mendakwahkan, baik di dalam maupun luar negeri, Islam yang ramah, Islam yang rahmatan lil'alamin. Keberhasilan program tergantung kerja sama dan soliditas organisasi,” kata Agus Salim.
Para peserta Raker Lembaga Dakwah (LD) PBNU berfoto bersama dengan pengurus PBNU.
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, saat memberikan pengarahan mengutip pernyataan KH. Hasyim Asyari sebagai pendiri NU mengatakan bahwa Hubbul Wathan minal Iman, yaitu nasionalisme menyatu dengan iman. Nasionalisme diperlukan melalui kesadaran berbangsa dan bernegara. Kesadaran sebagai bangsa dan negara sangat penting dimunculkan.
“Kesadaran bahwa bangsa dan negara memiliki ancamandari berbagai idiologi baik kanan atau pun kiri. Kesadaran akan muncul apabila kita tahu kemungkaran, baik itu dalam segi akidah, ibadah, muamalah, peradaban, budaya, dan keperibadian,” kata Said Aqil.
Ia menginstruksikan untuk menyosialisasikan gerakan literasi, untuk memahami bukan hanya keilmuan agama akan tetapi keilmuan lainnya, dan bahaya-bahaya yang mengancam generasi bangsa seperti bahaya narkoba, serta bagaimana akhlak berbangsa dan bernegara, dan NU sudah diakui sebagai gerakan sosial yang dapat mensinergikan agama dan budaya.
Katib Syuriah NU, Yahya Cholil Staquf berharap LD PBNU, dapat mengelola jajaran instrumen LD PBNU sampai ke ranting. “Berpikir sebagai kegiatan yang mempunyai fungsi strategis pada tingkat nasional, baik dari segi fungsi dan dampak program LD PBNU,” ujarnya.
Agus Salim mengemukakan, hasil Raker antara lain menegaskan, dakwah pada era milenial kini dikembangkan oleh LD PBNU untuk menyesuaikan dengan perkembangan di masyarakat yang berubah akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia digital. “LD PBNU sebagai lembaga dakwah yang bernaung di bawah PBNU harus cepat merespons kebutuhan masyarakat, yang dengan cepat dalam mengakses informasi melalui dunia digital,” tuturnya.
Ia menambahkan, LD PBNU menyadari, masyarakat saat ini, telah tergantung kepada kecanggihan teknologi, informasi, dan transformasi. Kecanggihan tersebut merupakan media dan alat untuk mempermudah aktivitas masyarakat. “Akan tetapi ada pula ekses yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut. Sehingga, dipandang dapat menabrak aturan atau norma yang ada, dan menimbulkan masalah-masalah sosial di era milenial,” papar Agus Salim.