Jumat 23 Nov 2018 12:21 WIB

Rakernas MUI: Jadikan Perbedaan Sarana Pemersatu Bangsa

Beda agama, suku, budaya, bahasa, seharusnya tak menjadikan Indonesia bercerai berai.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama  Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis saat memberikan sambutan dalam pembukaan  Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV MUI di Raja Ampat, Papua Barat, Kamis  (22/11) malam.
Foto: dok. Istimewa
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis saat memberikan sambutan dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV MUI di Raja Ampat, Papua Barat, Kamis (22/11) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, RAJA AMPAT -- Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV MUI 2018 mengambil lokasi di Raja Ampat, Papua Barat. Uniknya Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan yang notabene non-Muslim, mendapat kehormatan untuk membuka Rakernas yang dihadiri 250 peserta dari berbagai daerah itu.

Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan mengatakan, Papua Barat memiliki keberagaman yang sangat erat dengan kultur daerah dan dapat menyampaikan pesan persatuan dan persaudaraan di Indonesia. Potensi ini juga menjadi modal kuat pengembangan pariwisata dengan heterogenitas masyarakat Papua. “Keberagaman masyarakat Papua menjadi potensi luar biasa dalam pengembangan pariwisata di Papua Barat, “ katanya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (23/11).

Baca Juga

Menurutnya, perbedaan agama, suku, budaya, dan bahasa, seharusnya tidak menjadikan Indonesia bercerai berai. “Mari menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu bangsa dan memperkuat NKRI,” katanya.

Sementara Wakil Gubernur Papua Barat, Mohammad Lakatoni, menambahkan persatuan dalam keberagaman tersebut sudah berlangsung sangat lama. Itu semua adalah keberhasilan dari moderasi beragama di masyarakat. “Keberagaman agama dan suku bangsa di Indonesia sudah dibangun sejak lama, khususnya di Papua Barat,” ujarnya.

Ia menyontohkan, Papua Barat daerah Kaimana merupakan satu kabupaten ada tujuh distrik. Di sana ada delapan suku. Setiap suku punya bahasa dan agama berbeda, dalam keragaman tersebut itu mereka saling menghargai. “Saat SD di Kaimana, ketika suku kami yang beragama Muslim berhari raya, suku-suku tetangga datang ikut meramaikan dengan tabuhan tifa, begitu pula saat mereka berhari raya, suku kami datang ikut meramaikan, “ terangnya.

Ia juga bercerita tatkala umat Islam berkunjung ke perayaan saudara mereka, tetap menjaga sejumlah perkara demi menghormati. Seperti peralatan makanan dan makanannya sangat dijaga dan diperhatikan. "Agar kami yang Muslim bisa ikut makan bersama. Hidup rukun, saling menghargai, dan menghormati merupakan bukti sejarah moderasi agama sejak dahulu, alhamdulillah terjaga dengan baik,” kata dia.

Rakernas IV MUI di Raja Ampat resmi dibuka Dominggus Mandacan, Gubernur Papua Barat dan dihadiri oleh Wakil Gubernur Papua Barat, Bupati dan Wakil Bupati Raja Ampat. Hadir pula Kapolda Papua Barat, Danrem 171, dan Kodam Cendrawasih. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement