REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Salah satu pembicara di ajang Universitas Indonesia Islamic Book Fair (UIIBF) 2018 Rene Suhardono mengatakan Muslim milineal tidak boleh menjadi orang tersesat. "Orang yang tersesat bukanlah orang yang tidak tahu jalan. Tetapi orang yang tidak tahu siapa dirinya dan berada di mana dirinya," jelas dia dalam acara talkshow Muslim Millineal Startepack di Balairung UI, Depok, Rabu (21/11).
Agar tidak menjadi orang tersesat, menurut penulis buku sekaligus Founder Limitless Campus ini mengatakan sebagai Muslim harus menerapkan dua hal penting. Pertama adalah penyembahan. Penyembahan merupakan sebuah kewajiban yang dijalankan umat Islam sesuai dengan rukun iman dan rukun Islam. Penyembahan ini terkait dengan hal ibadah. Seperti menjalankan shalat lima waktu, puasa, zakat dan ibadah lainnya.
Elemen kedua adalah penghambaan Illah. Artinya, setiap Muslim sudah seharusnya tidak meng-Illahkan selain Allah. "Jika kita tidak menuhankan Allah, maka kita akan meng-Illahkan selain Allah, bahkan meng-Illahkan diri sendiri, yakni hawa nafsu kita," jelas dia.
Inilah yang menjadi penyebab generasi milineal menjadi terdistraksi. Sehingga sebagai Muslim pada generasi millineal, dia mengatakan, sudah seharusnya dapat mengenali diri sendiri.
Penulis buku Inilah Jalan Hijrahku mengatakan hijrah baginya merupakan bahian dari refleksi logis keimanan. Mengenal dirinya sendiri dan kembali meyakinkan diri untuk mengingat Allah sebagai Tuhannya.
Rene yang baru hijrah satu tahun lalu, meyakini bahwa dahulu orang harus baik dulu baru dapat mematuhi perintah agama seperti shalat lima waktu. Tetapi di usianya yang ke 46 tahun, dia telah memiliki banyak ibrah. Pelajaran hidup dan kesalahan hidup yang seharusnya tidak lagi dilakukan oleh generasi millineal.
"Muslim millineal tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan banyak kesalahan, cukuplah kesalahan yang saya perbuat menjadi pelajaran generasi muda saat ini" jelas dia.
Rene pernah mendirikan klub malam dan menghabiskan banyak uang untuk berfoya-foya. Tetapi dalam hidupnya tidak ada ketenangan bahkan rumah tangganya hampir berakhir. Allah melalui istrinya yang dengan kesabaran terus mendampinginya dan mengingatkan untuk kembali ke jalan Allah. Dia kemudian berhijrah.
"Hijrah tidak bisa sendiri, menjadi Muslim yang lebih baik harus dilakukan bersama-sama. Carilah komunitas atau teman-teman yang lebih banyak mendatangkan kebaikan," jelas dia.
Dia mengatakan, proses hijrah ini harus dilakukan keras ke dalam dan lembut keluar. Artinya, untuk berubah ke arah lebih baik, konsisten untuk menjalankan Islam harus lebih kuat setiap harinya. Berbeda ketika berdakwah atau mengajak orang lain untuk berhijrah ke arah lebih baik maka harus dengan lemah lembut.