Lelaki itu bernama Omar. Dia beberapa kali menyebutkan sesuatu tentang Nabi Muhammad. Natasha melihat lelaki itu shalat dan berdoa. Kadang-kadang, ada juga satu dua teman perempuan Omar yang mualaf berbagi perjalanannya berislam pada Natasha. Tapi, perempuan Kosta Rika itu sama sekali tidak tertarik.
Hubungan Natasha dan Omar terjalin kian dekat. Hampir setiap hari, keduanya bertemu. Namun, perbedaan agama masih menjadi ganjalan di antara mereka berdua. Pada satu titik Natasha kemudian memutuskan bahwa mungkin mereka harus berhenti bertemu satu sama lain. Alasannya, dia tidak berniat masuk Islam.
Apalagi, lanjut Natasha, Muslim tidak diperbolehkan menikah dengan orang berbeda agama. Tapi, Omar menukas, selama anak-anaknya ingin tumbuh sebagai Muslim, diizinkan bagi seorang pria Muslim untuk menikahi perempuan Yahudi.
Natasha merasa gelisah dengan kenyataan bahwa dia sedang memberikan anak-anaknya kesempatan untuk memilih agama. Bagaimana kalau anak-anaknya ingin menjadi Muslim? Tapi, takdir tak dapat diingkari. Suatu hari, anaknya dari pernikahan terdahulu, Shane, bertanya apakah dia bisa ikut berdoa bersama Omar.
Ibu empat anak itu mengizinkan. "Menyaksikan mereka shalat bersama-sama membawakan kedamaian dan ketenangan yang luar biasa. Ruangan itu terasa tenang, begitu pula di dalam hati saya," kenang Natasha.