Rabu 07 Nov 2018 20:01 WIB

Menelusuri Jejak Islam di Asia Tenggara

Asia Tenggara adalah melting pot, tempat pertemuan berbagai kebudayaan.

Peta penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Foto:

Salah satu teori mengatakan Islam dibawa oleh utusan Syarif Makkah dari Arab pada abad ke-7 M, sementara teori lain menyebut Islam dibawa oleh para pedagang dari India, Gujarat, Persia, atau Cina. Dapat dipahami bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara bersifat gradual dan bisa jadi tidak dilakukan oleh satu aktor tunggal.

Selat Malaka merupakan pintu masuk kapal-kapal dari berbagai negara. Dari Selat Malaka dan pesisir Sumatra, Islam mulai berkembang di Asia Tenggara. Jalur perdagangan membawa para saudagar Muslim ke Semenanjung Melayu, Johor, Perlak, Cirebon, Gresik, dan Kalimantan Barat.

Pada waktu berikutnya, pedagang masuk ke Indonesia Timur, seperti Maluku, Ternate, dan Tidore. Seperti dicatat Syed M Naquib al-Attas dalam Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu mengatakan, proses masuknya Islam ke Melayu-Nusantara berlangsung damai (penetration pacifique).

Dijelaskan Taufik Abdullah (ed.) dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang dari Arab sampai Cina melalui Selat Malaka juga melewati Bandar Seri Bengawan, Brunei Darussalam.

Menurut Selasilah atau Tersilah Brunei, raja pertama Brunei yang memeluk Islam adalah Alang Betatar dengan gelar Sultan Muhammad pada awal abad ke-15. Islam telah ditemukan di kawasan ini sejak abad ke-11. Etnis Muslim Cham yang kemudian tersebar di Vietnam, Kamboja, dan Thailand telah mendapat pengaruh Islam sebelum abad ke-15 M.

Jalur perdagangan yang menghubungkan Samudra Pasai, Malaka, dan Brunei juga tidak terpisahkan dari Filipina Selatan. Menurut Hikayat Sulu, mubaligh yang pertama kali datang ke wilayah ini adalah Syekh Karim Makhdum. Ia tiba di Kepulauan Sulu dan Jolo pada 1380 M.

Setelah itu, banyak pedagang dan ulama yang mengikuti jejak Syeikh Makhdum. Mereka berdiam di sana dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat. Filipina juga pernah menjadi bagian dari Kesultanan Brunei pada abad ke-15. Islam di tempat ini semakin kuat berkat kedatangan pedagang Muslim dari Jolo, Mindanao, Malaysia, dan Indonesia.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement