Kamis 01 Nov 2018 15:14 WIB

Islam Miliki Sejarah Tertua di Malawi

Beberapa literatur menyebutkan peran penting suku Arab Swahili di awal abad ke-19.

Muslim Malawi
Foto: onislam
Muslim Malawi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dibandingkan agama lain, Islam memiliki sejarah tertua di Malawi. Beberapa literatur menyebutkan peran penting suku Arab Swahili yang membawa dan memperkenalkan agama ini ke negara tersebut. Hal itu berlangsung sekitar awal abad ke-19.

Suku Arab Swahili berasal dari wilayah pesisir Afrika Timur. Tujuan kedatangan mereka adalah untuk berdagang. Salah satu tokohnya bernama Salim bin Abdullah. Dia lantas menghadap kepada raja Chewa, dan meminta sebidang tanah yang akan dijadikan pusat dagang.

Raja mengabulkan permohonan itu. Salim bersama rombongannya segera membangun pusat perniagaan, serta permukiman baru yang berlokasi di pinggir Danau Malawi di Nkhotakota.

Dijelaskan sejarawan David S Bone dalam artikelnya di Journal Religion in Africa, pendatang Muslim ini tak hanya berdagang, namun juga berhasil menarik warga lokal untuk menjadi pemeluk Islam. Terutama suku Yao yang banyak bermukim di selatan Malawi.

Baca: Ormas Islam di Malawi Diminta Perkuat Kinerja

Selanjutnya, perluasan pengaruh Islam di wilayah ini sangat didorong oleh kontribusi suku Yao. Mereka kemudian mengadopsi ajaran sufisme. Dari artikel berjudul the Revival of Sufism in Malawi, Alan Thorold mengungkapkan, sufisme tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Islam di negara tersebut. 

Konversi besar-besaran dari penganut animisme ke Islam terjadi sekitar tahun 1890. Seiring itu, sufisme semakin banyak dipraktikkan oleh umat di berbagai kawasan. Beberapa tokoh dan pemimpin umat bahkan mengidentifikasi diri dengan aliran sufi tertentu.

Hingga kini ajaran sufisme masih bertahan. Sedangkan secara umum, umat Muslim Malawi senantiasa memperkuat eksistensi mereka. Islam adalah agama terbesar kedua setelah Nasrani. Maka itu, mereka berusaha memberikan peran lebih besar bagi pembangunan negara.

Kapasitas yang dimiliki umat Muslim menunjang kinerja mereka di berbagai bidang. Di kabinet pemerintahan, ada perwakilan umat. Salah satunya yakni Sidik Mia. Sebelumnya, dia dipercaya menduduki jabatan Menteri Pembangunan Irigasi dan Pengairan.

Baca Juga: Masjid di Malawi Miliki Peran Signifikan

"Presiden Binguwa Mutharika menunjuk saya karena melihat kualitas dan kapabilitas. Bukan sekadar karena alasan agama,'ungkapnya. Hal senada diungkapkan Alhaj Yusuf Kanyamula, salah satu ketua MAM.

Dikatakan, komunitas Muslim sangat menghargai kepercayaan yang diberikan presiden terhadap umat Muslim. Walau bukan atas dasar agama, namun aspek itu tetap patut diapresiasi karena menunjukkan kuatnya toleransi.

"Saya adalah seorang Muslim, dan seperti sejawat yang beragama lain, saya juga ingin mengabdi bagi negara, tegas Sidik Mia, pejabat Menteri Transportasi yang juga penasihat di Asosiasi Muslim Malawi (MAM).

Termasuk juga di parlemen. Komunitas Muslim berharap dengan semakin banyaknya wakil mereka di parlemen, membuka peluang lebih besar bagi perbaikan kualitas hidup umat.

"Wakil umat di parlemen maupun di kabinet tentu mampu mendorong program-program yang bermanfaat bagi umat. Kita harus terlibat secara aktif di bidang politik,  ungkap Rafique Hajat, direktur Institute for Policy Interaction. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement