REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) berencana membantu membangun rumah sakit (RS) di Kota Hebron, Tepi Barat, Palestina. Rencana tersebut diapresiasi Medical Rescue Commite (MER-C) yang telah berpengalaman membangun RS Indonesia di Gaza.
Presidium MER-C, Dokter Sarbini Abdul Murad mengatakan, suatu rencana bagus kalau MUI ingin bangun RS di Kota Hebron. Sebelum membangun RS di sana, sebaiknya MUI juga berkomunikasi dengan Pemerintah Yordania. Sebab yang paling penting bagaimana mengomunikasikan rencana proyek pembangunan RS tersebut dengan Pemerintah Palestina dalam hal ini Kementerian Kesehatan.
Ia mengingatkan, MUI juga harus berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Palestina di Indonesia. Duta Besar Palestina di Indonesia nanti akan lebih intens berkomunikasi dengan Pemerintah Palestina. "Apakah Pemerintah Israel akan memberi izin pembangunan rumah sakit tersebut, saya pikir pemerintah (Indonesia) juga perlu koordinasi dengan Pemerintah Yordania," kata Dokter Sarbini kepada Republika.co.id, Selasa (30/10).
Ia menerangkan, Yordania punya hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi kalau bantuan dari Indonesia dihambat oleh pihak Israel, maka Yordania bisa membantu untuk menyelesaikannya. Sementara, pihak Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Sehingga jika Indonesia berkomunikasi dengan Israel akan menjadi masalah.
Karena itu, dia mengatakan, komunikasi dengan Pemerintah Palestina dan Yordania sangat penting sebelum memulai proyek pembangunan RS di Tepi Barat. MER-C juga mengingatkan, untuk masuk ke Tepi Barat harus melalui wilayah Israel. Jadi, bantuan dari Indonesia untuk Palestina harus melewati Israel.
"Kalau misalnya dihambat bantuan kita atau ada masalah, mungkin Yordania bisa komunikasi dengan imigrasi Israel, bantuan apapun kalau Israel //enggak mengizinkan susah," ujarnya.
Dokter Sarbini mengatakan, beda halnya dengan Gaza. Untuk masuk ke wilayah Gaza bisa melalui Mesir jadi lebih mudah komunikasinya ketimbang komunikasi dengan Israel. Kalau MUI sudah berkomunikasi dengan Duta Besar Palestina di Indonesia akan lebih mudah lagi untuk memulai proyek tersebut.
Sebelumnya, KH Muhyiddin mengunjungi Palestina pada April 2018 untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan. Palestina kemudian menyampaikan proposal pembangunan RS untuk mengobati korban yang mengalami trauma akibat kekerasan dan kebiadaban tentara Israel.
Sekembalinya dari Palestina, KH Muhyiddin berbicara dengan Wakil Presiden Indonesia untuk menyampaikan proposal dari Palestina. "Karena kita memang mendukung kemerdekaan Palestina sepenuhnya, alangkah baiknya Indonesia membangun rumah sakit di Tepi Barat," kata KH Muhyiddin.
Kemudian, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun dan Wali Kota Hebron, Mr Tayserr Abu Sinina bersama jajarannya mengunjungi MUI pada Rabu (19/9). Mereka membicarakan tentang proposal pembangunan RS di Kota Hebron.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI, KH Muhyiddin Junaidi mengatakan, masyarakat Indonesia telah membangun RS di Gaza. Masyarakat di Tepi Barat juga membutuhkan dan mengharapkan adanya RS seperti di Gaza. "Rencananya rumah sakit akan dibangun di Kota Hebron yang dulunya tempat kelahiran Nabi Ibrahim Alaihissalam," ujarnya.
Ia menerangkan, jumlah penduduk Kota Hebron mencapai 800 ribu orang. Mereka merupakan Bangsa Arab Palestina. Di Kota Hebron sebanyak 20 persen penduduknya adalah Yahudi. Rencana pembangunan RS di lokasi yang mayoritas penduduknya umat Islam.