Jumat 12 Oct 2018 22:16 WIB

Mengenal Imam Ath-Thabari

Mufasir kelahiran 224 H di Thabaristan ini memiliki banyak karya tulis yang fenomenal

Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad bin Jarir Ath-Thabari yang terkenal dengan nama Imam Ath-Thabari merupakan sosok ulama mumpuni. Mufasir kelahiran 224 H di Thabaristan ini memiliki banyak karya tulis yang fenomenal.

Dalam Jejak Kisah Pengukir Sejarah, ditulis bahwa sang imam sudah hafal Alquran pada usia tujuh tahun. Dia menulis hadis ketika berusia sembilan tahun.

Al Khatib Al Baghdadi mengatakan, selama 40 tahun, sang imam selalu menulis empat puluh lembar sehari. Sosok pemikir dan sejarawan itu telah melahirkan puluhan kitab klasik, seperti Jami'ul Bayan fi Ta'wil Alquran atau Tafsir Ath-Thabari, Tarikh Ath Thabari, Ikhtilaful Fuqaha, Sharih As-Sunnah, hingga Musnad Ibnu Abbas.

Kitab-kitab itu pun menjadi rujukan para ulama. Kepakaran Imam Ath- Thabari dalam bidang tafsir dan fikih sangat tepercaya. Pendapatnya kerap dipakai sebagai rujukan atau referensi penting di dunia akademis.

Adz- Dzahabi pernah berkata, Imam Ath-Thabari adalah imam dalam ilmu yang berijtihad dan ulama yang paling pandai pada masanya. Dia memiliki karya yang menakjubkan. Dia adalah tokoh terdepan dalam bidang fikih, ijma, dan masalah ikhtilaf (per bedaan).

Selain itu, Adz-Dzahabi menjelaskan, Ath-Thabari memiliki ilmu yang luas di bidang sejarah, menguasai qiraah Alquran, bahasa, dan disiplin ilmu lainnya. Sementara, Imam Ibnu Katsir mengungkapkan, Imam Ath-Thabari merupakan satu di antara ulama yang menguasai dan mempraktikkan Alquran dan sunah Rasulullah SAW.

Tak hanya tafsir dan fikih, Imam Ath-Thabari juga melahirkan karya terkenal Tarikh Ath-Thabari. Kitab sejarah Islam ini dinilai terlengkap dari kitab-kitab lain yang pernah ada. Dalam kitab ini, ada catatan-catatan yang tak dimuat dalam kitab-kitab lainnya.

Kitab tarikh ini bahkan memuat sejarah dunia hingga 915 M.

Selain terkenal karena kecerdasannya, Imam Ath-Thabari juga dikenal amat zuhud.

Dia merasa cukup dengan harta peninggalan ayahnya berupa sepetak tanah di Thabaristan.

Sang imam bahkan pernah menolak hadiah berupa uang dalam jumlah yang sangat banyak dari Perdana Menteri Khaqani. Imam ini juga menolak saat ditawari untuk menjadi qadhi di pemerintahan. Penolakannya ini sempat disayangkan para kolega Imam Ath-Thabari.

Bagi mereka, imam Ath-Thabari bisa menghidupi pengajian sunah setelah menerima gaji yang tinggi. Sang imam pun menjawab pernyataan para koleganya. Sungguh, aku kira kalian akan mencegahku ketika aku senang dengan jabat an itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement