Jumat 24 Feb 2012 22:18 WIB

Hujjatul Islam: Imam Ath-Thabari, Sang Ulama Multidisipliner (4-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Imam Ath-Thabari (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Imam Ath-Thabari (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Imam Ath-Thabari termasuk ulama yang terbilang produktif dalam menulis. Adapun karya intelektual Ath-Thabari tidak bisa dipastikan jumlahnya.

Namun, menurut Saiful Amin Ghofur dalam bukunya yang berjudul Profil Para Mufasir Al-Qur'an, berdasarkan riwayat dari Khatib Al-Baghdadi yang diambil dari Ali bin Ubaidillah Al-Lughawi Asy-Syamsi, bahwa Ath-Thabari sudah aktif menulis selama 40 tahun.

Setiap harinya, ia mampu menulis sebanyak 40 halaman. Dengan demikian, diperkirakan selama kurun waktu 40 tahun itu ia telah menghasilkan sebanyak 1.768.000 lembar tulisan.

Namun sayangnya, tidak semua karya Ath-Thabari ini sampai ke tangan kita. Karya-karyanya terutama yang mengulas mengenai bidang hukum lenyap bersamaan dengan lenyapnya mazhab Jaririyah.

Di antara karyanya yang bisa terselamatkan adalah Jami al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur'an yang dikenal dengan sebutan Tafsir Ath-Thabari, Tarikh al-Umam wa al-Muluk yang dikenal dengan Tarikh Ath-Thabari, Tahdzib al-Atsar wa at-Tafdhil ats-Tsabit, Ikhtilaf al-Ulama al-Amshar Fi Ahkam Syara’i al-Islam yang lebih dikenal dengan Ikhtilaf al-Fuqaha, Dzail al-Mudzil, Lathif al-Qaul Fi Ahkam Syara'i al-Islam yang merupakan kitab fikih mazhab Jaririyah, Adab al-Qudhah, Al-Musnad al-Mujarrad, Al-Qiraat wa Tanzil Al-Qur’an, Mukhtashar Manasik al-Hajj, Al-Mujiz Fi al-Ushul, dan Musnad Ibnu ‘Abbas.

Dari sekian banyak karyanya ini yang paling terkenal adalah Jami al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur'an yang dikenal dengan sebutan Tafsir Ath-Thabari. Dalam bidang tafsir, karya Ath-Thabari ini merupakan tafsir generasi pertama yang dibukukan sehingga masih utuh hingga sekarang.

Kendati menjadi karya tafsir pertama yang dibukukan, namun tidak berarti sebelum Ath-Thabari belum ada kesadaran membukukan kitab tafsir. Perkembangan ilmu tafsir yang sangat lamban dan terpencar-pencar pada masa sebelum Ath-Thabarilah yang menyebabkan upaya untuk membukukan karya-karya tafsir ini tidak berjalan. Baru pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah gerakan pembukuan ilmu pengetahuan, termasuk tafsir, berkembang sangat pesat.

Beberapa keterangan menyebutkan latar belakang penulisan kitab Jami al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur'an adalah karena keprihatinan Ath-Thabari terhadap umat Islam dalam memahami Alquran.

Mereka sekadar bisa membaca Alquran tanpa tahu makna sesungguhnya. Karena itulah, Ath-Thabari menunjukkan berbagai kelebihan Alquran dengan mengungkap berbagai makna hingga kelebihan susunan bahasanya seperi nahwu, balaghah, dan lain sebagainya. Bahkan jika ditilik dari namanya, kitab ini merupakan kumpulan keterangan (jami al-bayan) pengetahuan yang cukup luas meliputi berbagai disiplin keilmuan seperti qira’ah, fikih, dan akidah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement