REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan materi tentang "Religion and Globalization:Challenges and Responses" dalam acara pertemuan pemuka agama dunia yang berjuluk VI Congress of the Leaders of World & Traditional Religions di Kazakhsztan, Kamis (11/10).
Dalam presentasinya, Haedar menyampaikan bahwa Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam modern terbesar di Indonesia secara konsisten menyerukan masyarakat dunia untuk mengembangkan spiritual yang berpengaruh terhadap globalisasi.
Selain itu, Haedar juga mendesak kepada warga Muhammadiyah dan umat Islam seluruh dunia pada umumnya untuk menghadirkan Islam yang berkemajuan, serta mencegah bencana yang bisa dimunculkan arus globalisasi.
“Muhammadiyah mendesak anggotanya, pada khususnya, dan Muslim di seluruh dunia pada umumnya, untuk selalu melakukan ijtihad menghadirkan Islam yang berkemajuan, dan sesuai dengan kebutuhan modernitas saat ini, serta mencegah bencana efek samping dari globalisasi yang terjadi,” ujar Haedar dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (11/10).
Dia mengatakan, Muhammadiyah sejauh ini telah banyak terlibat aktif dalam isu perdamaian, di antaranya telah berperan dalam dialog konflik yang terjadi di Filipina Selatan, mengirim tim emergency ke bencana Nepal, dan juga terlibat aktif dalam membantu menangani pengungsi Rohingnya di Myanmar dan Bangladesh.
Menurut Haedar, pengaruh globalisasi tidak hanya menjadi kewajiban para ulama atau pemimpin agama dalam arti konvensional, tetapi juga menjadi kewajiban atas semua umat manusia untuk selalu waspada bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena, yang terkadang memiliki sisi yang baik maupun buruk.
“Agama harus tetap sebagai sumber dorongan untuk globalisasi yang akan membawa kebaikan bersama, tapi pada saat yang sama, harus berfungsi sebagai pengingat dan alarm bagi umat manusia untuk tidak terlibat dalam perbuatan yang merusak,” kata Haedar.