Human Rights Watch (HRW) baru saja merilis laporan rinci tentang kampanye pemerintah Cina terhadap Muslim Xinjiang. Peneliti senior, Maya Wang mengatakan tujuan kamp itu, menurut Cina, adalah memberantas virus ideologi.
“Praktik-praktik Islam sedang diserang. Penggunaan bahasa Uighur atau bahasa Kazakh diganti bahasa Mandarin. Saya pikir adil untuk mengatakan tujuan pihak berwenang adalah menghapus identitas ini,” kata Wang.
Ada insiden kekerasan di Xinjiang selama bertahun-tahun. Pada 2009, kerusuhan di sana berakhir dengan bisnis Cina yang dirusak, orang-orang etnis Cina dipukuli sampai mati di jalan-jalan, dan lebih dari 150 orang tewas. Pemerintah di Beijing juga menyalahkan Muslim Xinjiang atas beberapa serangan teroris di Cina dalam beberapa tahun terakhir.
Para pejabat Cina menuding warga Uighur pergi untuk berperang dengan kelompok-kelompok ekstremis Islam di Suriah. Namun, pemerintah tidak memiliki data atau meyakini klaim tersebut.
Cina tidak menanggapi kritik karena mengatakan kebijakannya itu adalah masalah internal. Cerita ini semakin mendapat perhatian internasional.
Sebuah surat baru-baru ini dari kelompok bipartisan anggota Kongres AS menggambarkan situasi hak asasi manusia di Xinjiang dalam istilah yang mencolok. “Etnis minoritas Muslim menjadi sasaran penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, pembatasan yang luar biasa pada praktik dan budaya agama, dan sistem pengawasan digital yang begitu meresap sehingga setiap aspek kehidupan sehari-hari dipantau.”
Para anggota parlemen menyerukan kepada pemerintah Trump untuk menerapkan sanksi baru terhadap pejabat Cina yang bertanggung jawab atas kebijakan di Xinjiang dan pada perusahaan AS yang menjual teknologi yang digunakan badan keamanan Cina di provinsi tersebut.
Baca juga: Muslim Uighur Ditahan, AS Pertimbangkan Sanksi Cina