Selasa 04 Sep 2018 06:14 WIB

Fahira: Penolakan Ustaz Somad Seperti Kaset Rusak

UAS selama ceramah selalu menyebarkan pesan bahwa Islam rahmatan lil alamin.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyahnya saat acara MPR-RI Bersholawat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyahnya saat acara MPR-RI Bersholawat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Fahira Idris menyesalkan adanya segelintir oknum kelompok masyarakat yang menghalang-halangi dan menolak kegiatan dakwah Ustaz Abdul Somad (UAS).

Tindakan itu sudah kelewat batas. Terlebih alasan yang diajukan sangat mengada-ngada dan merendahkan wibawa UAS karena meragukan nasionalisme dan mengaitkannya dengan gerakan radikal yang berbahaya bagi NKRI.

“Alasan penolakan UAS itu kan seperti kaset rusak. Itu-itu saja yang dijadikan alasan. Tuduhan bahwa UAS hanya dijadikan domplengan oleh ormas radikal sangat tidak masuk akal dan merendahkan nalar umat dan jamaah yang mengundang UAS berceramah," ungkap Fahira saat dikonfirmasi, Senin (3/9).

Baca juga,  Mengapa Ustaz Somad Dipersekusi?

Menurut Fahira, penolakan UAS dengan alasan mengada-ngada sangat tendensius kepada pribadi UAS sebagai pendakwah. Ditambah semua pelarangan ini disertai ancaman dan intimidasi.

Fahira melanjutkan, selama 20 tahun usia reformasi, baru beberapa tahun belakangan ini, pelarangan, ancaman, dan intimidasi tidak hanya terhadap kegiatan dakwah tetapi juga terhadap berbagai kegiatan menyuarakan aspirasi begitu masif terjadi.

Ada semacam ‘bola salju’ yang menggelinding ke tengah masyarakat bahwa semua yang kritis kepada Pemerintah dianggap radikal, diragukan nasionalismenya, bahkan dianggap anti NKRI dan Pancasila.

“Jika dicermatinya temanya selalu sama. Saya Pancasila dan cinta NKRI. Sementara yang berbeda pandangan adalah radikal dan anti-Pancasila. Paradigma seperti ini menyebar ke tengah-tengah masyarakat. Bagi saya ini ‘tidak sehat’ bagi demokrasi dan masa depan bangsa ini,” papar Senator DKI Jakarta ini.

Padahal, UAS, dalam setiap ceramahnya selalu menyebarkan pesan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin dan pentingnya persatuan sehingga kerap diundang berbagai institusi pemerintahan, polisi, dan TNI.

Selain itu, UAS pernah diundang ceramah di depan Wapres, Wakapolri, Kepala BIN, KSAD, bahkan pernah satu panggung dan berdiskusi dengan Kapolri di sebuah acara kajian di stasiun TV swasta. Bahkan, terakhir UAS memberikan tausiyah dalam acara syukuran dan doa bersama menyambut peringatan Hari Ulang Tahun Ke-73 MPR RI.

“Menuduh UAS didomplengi kelompok radikal, sama artinya menafikan dan tidak menganggap tokoh-tokoh penting dan institusi negara yang pernah mengundang UAS,” keluh Fahira.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement