Selasa 28 Aug 2018 16:38 WIB

Mahasiswa Unissula Ciptakan Alat Bantu Shalat Berjamaah

alat bantu ini yang memungkinkan para penyandang tunarungu bisa menjadi makmum

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Kegiatan pengajian untuk Tunarungu di Rumah Bejalar Miranda
Foto: RBM
Kegiatan pengajian untuk Tunarungu di Rumah Bejalar Miranda

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Peluang bagi para penyandang tunarungu untuk bisa menjadi makmum shalat berjamaah tanpa kendala --karena keterbatasannya—kini kian terbuka. Tiga mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) telah menciptakan sebuah alat bantu yang memungkinkan para penyandang tunarungu bisa menjadi makmum dalam shalat berjamaah dengan nyaman. 

Karena alat yang diberi nama Gelang Getar Shalat (GGS) ini, memungkinkan penyandang tunarungu bisa mengetahui tiap gerakan imam pada saat shalat berjamaah. Alat bantu ini diciptakan oleh Wa Ode Anastasia Septiana, Muqtafa Amirul Wildan dan Cahrudin. 

Ketiganya merupakan mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam dan Teknik Elektro Unissula. Salah seorang pencipta GGS, Wa Ode Anastasia Septiana mengatakan, GGS ini merupakan seperangkat alat yang terdiri dari dua buah gelang.

Yakni gelang imam dan gelang makmum. Secara sederhana, gelang imam berfungsi untuk menangkap gerakan shalat imam. Sinyal tersebut kemudian dikirimkan kepada gelang makmum dan sinyal ini membuat gelang makmum akan bergetar.

Tujuan utama dari pembuatan GGS adalah untuk mengabarkan perubahan gerakan dari imam kepada penyandang disabilitas, khususnya tunarungu. “Sehingga mereka dapat mengikuti setiap gerakan imam tanpa harus melirik makmum lain,” katanya. 

Dalam pembuatannya, jelas Wa Ode, gelang imam --yang dilengkapi oleh sensor jarak dan mikrokontroler-- akan bertugas untuk menangkap perubahan gerakan shalat yang dilakukan oleh imam. Perubahan gerak ini kemudian dikomunikasikan kepada gelang makmum dengan bantuan Modul NRF24L01 atau modul transceiver dengan frekuensi kerja 2.4 Ghz yang dipasangkan pada kedua gelang. 

Ketika rangsangan diterima oleh gelang makmun, lanjutnya, maka vibrator pada gelang tersebut akan bergetar. “Getaran inilah yang kemudian memberi kabar kepada makmum tuna rungu bahwa imam telah melakukan perubahan gerakan shalatnya.” Tandas Wa Ode.

Cahrudin, anggota tim pencipta GGS Unissula lainnya menambahkan, Pada Jumat (17/8) lalu, mereka telah mengujicobakan alat GGS ini dan mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan di hadapan komunitas tunarungu Jamaah Tabligh Semarang. Dalam kesempatan tersebut, GGS mendapat sambutan hangat dari para penyandang tunarungu. 

Karena alat ini dikembangkan untuk memudahkan jamaah tuna rungu dalam beribadah. Saat itu, lanjutnya, jamak anggota komunitas menilai GGS ini sangat nyaman dipakai dan tidak mengganggu saat shalat dan sangat membantu mereka saat dicobakan.

“Alhamdulillah, alat ini mendapatkan apresiasi dan sambutan dari para penyandang tunarungu, karena sangat membantu mereka dalam melaksanakan ibadah shalat berjamaah,” katanya. 

Ia juga mengungkapkan, alat ini didesain untuk dapat membantu meningkatkan kekhusyukan penyandang disabilitas (tunarungu) dalam melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Selain itu, sosialisasi alat ini juga diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian di kalangan organisasi Islam dalam mengayomi jamaah penyandang tunarungu di Indonesia. “Khususnya dalam aspek ibadah shalat,” tandas Cahrudin. 

Sementara itu, atas karya tiga mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam dan Teknik Elektro Unissula dalam menciptakan alat bantu GGS ini telah mengantarkan mereka maju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2018. PIMNAS 2018 ini dihelat di Yogyakarta mulai hari ini dan akan berlangsung hingga 2 September 2018 mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement