Senin 20 Aug 2018 13:29 WIB

Pasar Ternak di Jalur Gaza Sepi Pembeli

Merosotnya perekonomian menjadi penyebab merosotnya pembelian hewan kurban.

Seorang pemuda Palestina tengah menggiring kambing ke kandangnya guna dicek kesehatannya. Kambing-kambing ini dijual guna memenuhi kebutuhan umat Islam yang hendak berkurban di Kamp Pengungsian Bureij, Jalur Gaza, Palestina.
Foto: AP Photo-Abdel Hana
Seorang pemuda Palestina tengah menggiring kambing ke kandangnya guna dicek kesehatannya. Kambing-kambing ini dijual guna memenuhi kebutuhan umat Islam yang hendak berkurban di Kamp Pengungsian Bureij, Jalur Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Menjelang Idul Adha, hanya ada sedikit pembeli di pasar hewan hidup di Jalur Gaza, Palestina. "Sedikit orang membeli hewan kurban menjelang Idul Adha akibat kesulitan ekonomi dan tingginya angka kemiskinan serta pengangguran," kata pedagang ternak, Saed Al-Batniji.

Idul Adha, Hari Raya Kurban, dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia untuk mengingat pengorbanan Nabi Ibrahim AS, yang hampir menyembelih putranya Nabi Ismail AS atas perintah Allah. Umat Muslim di seluruh dunia menyembelih kambing, domba, unta, dan sapi sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Al-Batniji mengatakan pasar tersebut dipenuhi ternak hidup dari berbagai jenis, tapi masyarakat tidak mempunyai uang untuk membelinya. "Bertahun-tahun blokade Israel telah menurunkan daya beli penduduk. Sejauh ini, saya menjual kurang dari sepertiga apa yang biasa saya jual dalam beberapa tahun belakangan ini," ia menambahkan.

Daerah kantung pantai tersebut juga telah menderita akibat perpecahan politik, yang berpangkal dari pengambil-alihan Jalur Gaza oleh Hamas melalui kekerasan. Menurut data terkini dari Biro Statistik Pusat Palestina, angka pengangguran di Jalur Gaza mencapai 53,7 persen dibandingkan dengan 19,1 persen di Tepi Barat Sungai Yordan.

Blokade Israel telah mendorong dua juta warga Jalur Gaza makin jauh ke dalam kemiskinan sementara ahli ekonomi di Jalur Gaza menyatakan kemiskinan parah mencapai 53 persen pada 2017 dibandingkan dengan 37 persen pada 2011. Tahun ini, harga rata-rata kambing di Jalur Gaza ialah 350 dolar AS.

Harga bersama anak sapi dan unta mencapai 450 dolar AS. Harga itu melampaui daya beli sebagian besar warga Palestina di Jalur Gaza, sehingga pasar mengalami resesi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Pedagang ternak hidup mengatakan sangat banyak orang membeli hewan secara mencicil akibat keterbatasan gaji pegawai Pemerintah Otonomi Palestina. Pegawai menerima 50 persen gaji mereka atau pegawai Hamas yang dibayar 40 persen dari gaji mereka.

Dalam beberapa tahun belakangan, warga Jalur Gaza telah mensahkan sistem pembagian untuk membeli hewan kurban akibat memburuknya kondisi ekonomi kebanyakan penduduk. Melalui sistem itu, konsumen bisa membeli secara bersama satu sapi atau anak sapi dan juga dapat membayar cicilan setelah kesepakatan dengan pedagang ternak.

Rafat Ashour, seorang insinyur dari Jalur Gaza, bergabung dengan enam orang lagi untuk membeli hewan kurban tahun ini. Ashour mengatakan kepada Xinhua ia ingin berkurban seetiap tahun sebab itu adalah ibadah penting dalam Islam buat semua orang Muslim yang mampu secara finansial.

Berdasarkan ajaran Islam, daging hewan kurban dibagi tiga bagian. Satu bagian dibagikan kepada orang yang tidak mampu, satu bagian lagi buat kerabat dan sisanya buat keluarga orang yang berkurban untuk dimasak selama empat hari saat berkurban, Idul Adha dan tiga hari Tasyrik.

Produksi lokal hewan ternak di Jalur Gaza selama beberapa tahun belakangan memenuhi 40 persen dari kebutuhan pasar domestik. Namun, kebanyakan ternak di Jalur Gaza sekarang diimpor dari Eropa dan memasuki wilayah yang diblokade itu melalui Israael.

Kepala Departemen Ternak di Kementerian Pertanian Jalur Gaza, Taher Abu Ahmed, mengatakan kebutuhan Jalur Gaza untuk hewan kurban setiap tahun diperkirakan 8.000 anak sapi dan sebanyak 20 ribu kambing. Ia menambahkan warga Jalur Gaza mengkonsumsi 14 ribu anak sapi dan 30 ribu kambing selama Hari Raya Kurban tahun lalu. Abu Ahmed menekankan permintaan tahun ini rendah akibat tingginya angka kemiskinan dan melonjaknya harga ternak global selain peningkatan biaya pemeliharaan dan pengangkutan ternak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement