Selasa 03 Jul 2018 12:03 WIB

Masjid Behrang Malaysia Gelar Open House

Masjid juga mengundang non-Muslim guna merajut kebersamaan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Muslim Malaysia
Foto: telegraph.co.uk
Muslim Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, PERAK -- Untuk pertama kalinya, sebuah masjid di Behrang Ulu, negara bagian Perak, Malaysia, menggelar open house atau Hari Raya kenduri bagi seluruh warga desa, termasuk non-Muslim. Bukan hanya diramaikan oleh berbagai makanan seperti lemang, ketupat dan rendang, acara open house yang diselenggarakan pada 24 Juni lalu itu juga ramai dengan pengunjung yang datang. Keberhasilan acara yang diselenggarakan oleh Haji Manan dan komite masjidnya itu menjadi bahan perbincangan warga se-kampung.

Masjid di Behrang itu dibangun pada 1954 di sebidang tanah yang disumbangkan oleh seorang penduduk desa. Seiring waktu, berbagai perubahan terjadi di masjid tersebut. Kini, masjid tersebut menjadi tempat bagi jamaah melaksanakan shalat Jumat. Selama bertahun-tahun, masjid ini menjadi satu-satunya masjid yang melayani beberapa desa di distrik tersebut.

Sebagai ketua komite desa, Haji Manan mendapat ide untuk mengundang warga non-Muslim dalam pesta Hari Raya tersebut dari masjid lain. Sekitar tiga tahun yang lalu, Haji Manan dan para pejabat utama masjid mengunjungi Masjid Sayidina Abu Bakar As-Siddiq di Bangsar.

Komite dari Masjid Bangsar yang dipimpin oleh Datuk Ibrahim Thambychik memang terkenal dengan berbagai proyek komunitas. Masjid tersebut adalah salah satu masjid pertama di ibukota federal tersebut yang telah membuka pintunya bagi non-Muslim untuk acara open house Hari Raya.

Inisiatif tersebut telah memenangkan pujian dari banyak pihak. Karena itulah, Haji Manan dan komitenya juga berinisiatif untuk melakukan hal yang sama di Benghrang Ulu, yang terletak sekitar 130 km dari Bangsar.

Meski hanya merupakan pertemuan kecil dibandingkan dengan yang ada di Masjid Bangsar, namun acara di Masjid Behrang Ulu ini begitu bermakna. Karena tidak selalu mudah bagi komite masjid untuk melaksanakan proyek yang baru. Terutama, ketika itu melibatkan dana dan masyarakat luas.

Kebanyakan masjid mengumpulkan dana sendiri. Biasanya, mereka mengumpulkan dana dengan cara mengedarkan topi atau kotak amal selama shalat Jumat. Besaran dana yang terkumpul tergantung pada waktu bulan dan jamaah yang hadir. Umumnya, dana yang didapat dalam shalat Jumat tersebut berkisar dari mulai 1.000 ringgit hingga 1.500 ringgit. Sementara rata-rata dana yang terkumpul di Masjid Behrang Ulu itu sekitar 1.500 ringgit. Dana tersebut digunakan sebagian untuk operasi masjid dan inisiatif komunitas lainnya yang dianggap cocok.

Sehingga, butuh waktu yang cukup lama bagi Haji Manan untuk meminta anggota komitenya menyepakati inisiatif menggelar open house tersebut. Berbekal pengalaman dari tanggapan pada acara pertama, acara yang dipersembahkan bagi masyarakat, termasuk non-Muslim, itu direncanakan menjadi acara tahunan.

"Saya sangat terdorong oleh acara ini. Ini pertama kalinya kami mengadakannya. Kunjungan ke Masjid Bangsar sangat membantu saya dan anggota komite. Ini adalah ide sederhana dan seharusnya sudah dilakukan jauh sebelumnya," kata Haji Manan, dilansir di News Strait Times, Selasa (3/7).

Haji Manan mengungkapkan, anggota komitenya lantas tidak membuang waktu untuk menggelar acara Open House begitu setelah diputuskan bersama. Untuk acara tersebut, warga kampung membuat lemang dan rendang sendiri.

Ia mengatakan, pihaknya menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengatur berbagai hal berkaitan dengan acara itu. Sementara kaum wanita juga ikut membantu persiapan dan terselenggaranya acara Hari Raya Kenduri.

Pada hari acara tiba, menurutnya, semua orang berbondong-bondong datang. Masjid Behrang membuka pintu dari mulai pukul 2 siang, dan memberikan waktu yang cukup bagi panitia untuk mengatur meja dan meja prasmanan. Haji Manan mengaku sangat terkejut saat anggota parlemen baru untuk Tanjung Malim, Chang Lih Kang, mampir selama acara kenduri tersebut.

"Kami berharap akan ada partisipasi yang lebih besar dari para tetangga non-Muslim. Tapi kami membuat kesalahan dengan undangan, sesuatu yang akan diperbaiki para waktunya untuk acara selanjutnya," tambahnya.

Pesta Hari Raya ini menjadi pembuka mata bagi warga kampung. Karena di acara itulah, mereka bisa mendapatkan pelajaran dan pengalaman. Karena open house ini membuka landasan baru dalam keterlibatan hubungan dan seharusnya turut ditiru oleh masjid lain.

Haji Manan sudah berencana untuk menggelar open house multi-rasial berikutnya di Masjid Behrang Ulu. Ia berencana untuk mengadakan acara serupa pada Hari Raya Haji yang jatuh satu pekan sebelum Hari Merdeka mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement