Kamis 17 May 2018 16:18 WIB

Islamofobia Tantangan Besar yang Dihadapi Muslim Moldova

Muslim Moldova berjuang keras untuk memperoleh hak beribadah.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Peta Rumania dan Moldova. Wacana penyatuan Rumania dan Moldova terus menguat.
Foto: wikipedia.org
Peta Rumania dan Moldova. Wacana penyatuan Rumania dan Moldova terus menguat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam di Moldova merupakan agama minoritas. Muslim Moldova pun sejak lama telah mengalami diskriminasi. Pemerintah menolak mengakui keberadaan mereka. Moldova adalah sebuah negara republik kecil yang berbatasan antara Ukraina dan Rumania. Moldova menjadi negara yang merdeka ketika lepas dari wilayah Uni Soviet.

Setelah bebas dan merdeka, negara ini pun mendapatkan kebebasan beragama. Tahun 1992, undang-undang tentang jaminan kebebasan beragama mewajibkan pemerintah secara resmi mengakui semua kelompok agama.

Pengesahan ini pun menjadi mayoritas keyakinan agama bergabung seperti gereja ortodoks Rumania dan gereja ortodoks Rusia. Yahudi juga diakui sebagai agama resmi di negara ini. Pengakuan sebuah agama berimbas pada kucuran dana untuk kegiatan keagamaan dari pemerintah semakin deras.

Tetapi, berbeda dengan Islam. Negara menolak untuk mengakui Muslim Moldova. Padahal, saat itu jumlah merka mencapai tiga ribu orang. Perwakilan mereka ber ulang kali mengajukan pengakuan dan pendaftaran secara resmi kepada pemerintah Moldova, tetapi ditolak. Padahal, ini jelas bertentangan dengan konstitusi Moldova.

 

photo
Muslim Moldova/Ilustrasi

Tahun 2002 komunitas Muslim Moldova mengajukan pelanggaran hak umat Muslim kepada pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, tetapi hingga kini kasusnya mengalami penundaan.

Kepala Pelayanan Agama Negara Moldova Gh Armasum sebagai pihak yang berwenang menolak mendaftarkan Dewan Spiritual Muslim Moldova berulang kali. Pada September 2000 pemerintah Moldova beralasan mereka menolak pendaftaran Islam sebagai agama resmi dengan alasan 97 persen penduduk Moldova adalah kristen.

Pengacara HAM pada Komite HAM orang-orang Moldova Serghei Ostaf mengatakan, pemerintah ketika itu memang membuat kebijakan yang bias. Mereka hanya mengakui agama kristen atau keyakinan yang hampir sama dengan kristen.

Muslim Moldova merasa bahwa mereka didiskriminasi dengan alasan pemeluk Islam sebagian besar adalah pengungsi Afghanistan dan Chechnya. Tidak hanya ditolak diakui, Muslim Moldova juga mengalami penahanan dan penutupan paksa masjid.

Pada 27 Juli 2002, tiga pemimpin Muslim terkemuka Moldova ditangkap dan ditahan pada saat perkemahan kajian Islam. Mereka adalah pemimpin Dewan Spiritual Muslim Moldova Talgat Masaev, Kepala organisasi amal Muslim Calauza, Rustam Ahsamov, dan warga Sudan Haisan Abdel Rasul.

photo
Muslimah Moldova/Ilustrasi

Mereka ditahan oleh Kementerian Dalam Negeri di Chisinau. Menurut Masaev, mereka tidak mengetahui alasan ketika ditangkap. Setelah bertanya, mereka baru mengetahuinya bahwa pemerintah mencurigai mereka berhubungan dengan Usamah bin Laden.

Muslim Moldova tidak memiliki masjid yang tetap untuk shalat berjamaah. Hingga tahun 2002 komunitas Muslim di Chisinau menyewa tiga tempat untuk shalat Jumat.

Tetapi, mereka mengalami pelecehan. Mereka diperiksa identitasnya ketika akan melaksanakan shalat dan merekamnya. Polisi akhirnya menutup dua masjid pada awal 2002 dan pada Juli 2002, mereka menutup masjid ketiga.

Polisi pun memperingatkan Masaev untuk berhenti berusaha mendaftarkan agamanya kepada pemerintah. Masaev pun diinterogasi.

photo
Moldova

Tidak hanya Masaev, banyak umat Muslim lainnya yang diinterogasi oleh Kementerian Dalam Negeri. Satu tahun sebelumnya umat Muslim di Transdniester diinterogasi oleh intelijen KGB.

Pada Juni 2002, Kementerian Kehakiman Moldova mengancam dan melarang adanya LSM Muslim. Mereka menuduh organisasi nonpemerintah ini akan menyebar kan propaganda Islam.

Islamopobia di Moldova sangat kental. Pemerintah dan media Moldova menyebut Islam sebagai kultus Islam.

Kementerian Dalam Negeri saat itu menegaskan, tidak ada komunitas Muslim resmi di Moldova, jikapun mereka tetap ada itu merupakan lembaga tidak resmi. Bahkan, polisi Moldova melaporkan banyak ma hasiswa asing yang mendirikan masjid di rumah mereka.

Intoleransi terhadap Muslim Moldova tidak hanya terbatas pada arena politik, tapi juga bagi media Moldova. Mereka banyak menyerang Muslim dengan berbagai artikel anti-Muslim dan anti-Arab.

Komisi HAM Muslim prihatin dengan kondisi ini. Islamofobia yang dilakukan pemerintah Moldova tidak seharusnya terjadi. Karena, Muslim pribumi Moldova telah hidup lama sejak zaman Ottoman.

Muslim Moldova pada Tahun 2011 Pria dan wanita berkumpul di dalam sebuah masjid untuk shalat Jumat di pinggiran kota Chisinau, Moldova. Masjid ini bertempat di sebuah bangunan seder hana yang lapang.

Masjid ini kini menjadi sebuah tempat perlindungan bagi umat Islam dari segala usia. Selain untuk shalat, mereka juga menghabiskan waktu di sekitar masjid untuk sekadar bermain pingpong, merayakan ulang tahun dan berdiskusi.

Kebebasan beragama umat Muslim baru didapatkan setelah perjuangan Dewan HAM mendaftarkan Liga Islam Moldova. Dimulai pada tahun 2007, Parlemen Moldova mengeluarkan undang-undang kebebasan berpikir dan berpendapat yang lebih progresif dibandingkan sebelumnya.

Undang-undang tersebut memberikan kebebasan untuk melakukan praktik keagamaan dalam bentuk apa pun, yang memungkinkan siapa pun untuk menciptakan denominasi agama tanpa campur tangan pemerintah.

Saat ini lebih dari 2.600 komunitas religius terdaftar di Moldova. Tahun 2011, Liga Islam Moldova menjadi satu-satunya organisasi keagamaan Muslim yang baru terdaftar dan memiliki anggota 800 orang.

Presiden Liga Islam Sergui Sochirca mengatakan, proses pendaftaran tidaklah mudah dan butuh waktu bertahun-tahun serta mendapat tentangan keras dari gereja orthodoz dan kelompok kristen lainnya.

Tidak hanya Liga Islam Moldova, Liga Islam Wanita Republik Moldova juga dibentuk. Tidak hanya bebas untuk beribadah dan mendirikan masjdi, kini wanita Muslim juga bebas untuk mengenakan jilbab.

Islamopobia memang sebuah tantangan besar yang dihadapi umat Islam saat ini di Moldova.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement