Selasa 01 Aug 2017 14:30 WIB

Intoleransi Terhadap Muslim Moldova

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: avizora.com
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Muslim Moldova merasa bahwa mereka didiskriminasi dengan alasan pemeluk Islam sebagian besar adalah pengungsi Afghanistan dan Chechnya. Tidak hanya ditolak diakui, Muslim Moldova juga mengalami penahanan dan penutupan paksa masjid.

Pada 27 Juli 2002, tiga pemimpin Muslim terkemuka Moldova ditangkap dan ditahan pada saat perkemahan kajian Islam. Mereka adalah pemimpin Dewan Spiritual Muslim Moldova Talgat Masaev, Kepala organisasi amal Muslim Calauza, Rustam Ahsamov, dan warga Sudan Haisan Abdel Rasul.

Mereka ditahan oleh Kementerian Dalam Negeri di Chisinau. Menurut Masaev, mereka tidak mengetahui alasan ketika ditangkap. Setelah bertanya, mereka baru mengetahuinya bahwa pemerintah mencurigai mereka berhubungan dengan Usamah bin Laden.

Muslim Moldova tidak memiliki masjid yang tetap untuk shalat berjamaah. Hingga tahun 2002 komunitas Muslim di Chisinau menyewa tiga tempat untuk shalat Jumat.

Tetapi, mereka mengalami pelecehan. Mereka diperiksa identitasnya ketika akan melaksanakan shalat dan merekamnya. Polisi akhirnya menutup dua masjid pada awal 2002 dan pada Juli 2002, mereka menutup masjid ketiga.

Polisi pun memperingatkan Masaev untuk berhenti berusaha mendaftarkan agamanya kepada pemerintah. Masaev pun diinterogasi.

Tidak hanya Masaev, banyak umat Muslim lainnya yang diinterogasi oleh Kementerian Dalam Negeri. Satu tahun sebelumnya umat Muslim di Transdniester diinterogasi oleh intelijen KGB.

Pada Juni 2002, Kementerian Kehakiman Moldova mengancam dan melarang adanya LSM Muslim. Mereka menuduh organisasi nonpemerintah ini akan menyebar kan propaganda Islam.

Islamopobia di Moldova sangat kental. Pemerintah dan media Moldova menyebut Islam sebagai kultus Islam.

Kementerian Dalam Negeri saat itu menegaskan, tidak ada komunitas Muslim resmi di Moldova, jikapun mereka tetap ada itu merupakan lembaga tidak resmi. Bahkan, polisi Moldova melaporkan banyak mahasiswa asing yang mendirikan masjid di rumah mereka.

Intoleransi terhadap Muslim Moldova tidak hanya terbatas pada arena politik, tapi juga bagi media Moldova. Mereka banyak menyerang Muslim dengan berbagai artikel anti-Muslim dan anti-Arab.

Komisi HAM Muslim prihatin dengan kondisi ini. Islamofobia yang dilakukan pemerintah Moldova tidak seharusnya terjadi. Karena, Muslim pribumi Moldova telah hidup lama sejak zaman Ottoman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement