Ahad 29 Apr 2018 20:00 WIB

Ini Rekomendasi Konferensi Besar Fatayat NU

Fatayat NU telah menyelesaikan sidang pleno dan menghasilkan beberapa rekomendasi.

Fatayat NU telah menyelesaikan sidang pleno dan menghasilkan beberapa rekomendasi.
Foto: istimewa
Fatayat NU telah menyelesaikan sidang pleno dan menghasilkan beberapa rekomendasi.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Setelah empat hari Konferensi Besar Fatayat NU berlangsung di Ambon, Ahad (29/4) akan digelar acara penutupan. Namun sebelumnya seluruh peserta Fatayat NU telah menyelesaikan sidang pleno dan menghasilkan beberapa rekomendasi. 

 

Pertama, dalam bidang politik Fatayat NU mengajak seluruh masyarakat Indonesia terutama perempuan untuk menjadi agen perdamaian. Fatayat NU menghimbau masyarakat untuk menerapkan demokrasi sehat. Di tahun politik semua hal bisa terjadi termasuk ancaman perpecahan. Maka perempuan sangat berpotensi untuk mampu meredam konflik dengan cara yang baik. 

 

Selain itu, Fatayat NU menghimbau perempuan Indonesia yang memiliki potensi  untuk ikut berpartisipasi dalam kancah politik. Karena masalah ketertinggalan perempuan di ranah politik dan kebijakan publik masih minim. Sehingga jika perempuan potensial terjun di dalamnya maka resiko masalah anak dan perempuan di negeri ini bisa lebih diminimalisir.

 

Dalam hal ekonomi, Fatayat NU mendorong berbagai pihak dan kementerian terkait untuk lebih memperhatikan peluang bagi perempuan. Aturan dan kebijakan yang di produksi seharusnya juga ramah perempuan. Termasuk peluang bisnis, pemerintah hatus membuka akses yang lebih mudah bagi perempuan.

 

Kedua, dalam bidang advokasi dan hukum Fatayat NU mengajak seluruh perempuan untuk lebih sensitif terhadap ancaman kekerasan seksual dan fisik. Tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga untuk anak-anak. 

 

Angka kekerasan terhadap ibu dan anak setiap tahun terus meningkat. Maka Fatayat NU mendorong pemerintah baik legislatif, eksekutif, kepolisian, dan seluruh pihak agar lebih serius dalam penanganan kasus ini.

 

Fatayat juga mengajak seluruh organisasi perempuan untuk terus memperjuangkan masalah kawin anak. Indonesia masih menempati urutan kedua di Asia Tenggara dengan jumlah kawin usia anak terbesar.

 

Pada masalah kesehatan, Fatayat NU serius menangani kasus gizi dan tumbuh kembang anak. Sampai saat ini Fatayat NU masih aktif terlibat dalam upaya pencegahan stanting. Berbagai program dan kerjasama dilakukan agar dapat terus mengkampanyekan gerakan cegah stanting. Demi menjaga kualitas generasi penerus bangsa ini.

 

Disisi lain, fenomena PTM (penyakit tidak menular) di Indonesia terus meningkat. Ini terjadi salah satunya karena rendahnya kesadaran masyarakat akan upaya pencegahan dini. Termasuk ancaman kanker serviks yang menjadi ancaman serius perempuan Indonesia.

 

Maka Fatayat NU mendorong seluruh perempuan Indonesia untuk gerakan sadar sehat. Disamping itu pemerintah dan pihak terkait menjadi kunci penting dalam menjaga kekuatan bangsa melalui kondisi masyarakatnya yang sehat. 

 

"Dari segala aspek diatas, hal utama yang dibutuhkan adalah kerjasama lintas sektor, kerja keras semua pihak termasuk organisasi perempuan" jelas Anggia. 

 

Gerakan pemberdayaan perempuan dari Timur Indonesia dalam agenda Konbes Fatayat NU juga menghasilkan rekomendasi internal yang terinspirasi dari sumberdaya perempuan Maluku. Salah satunya pentingnya membangun wawasan perempuan tentang literasi digital. 

 

Potensi perempuan akan lebih maksimal kalau ditunjang dengan pemahaman mereka tentang teknologi. Minimal kemampuan untuk memasarkan hasil produk, menggali wawasan dan bisa memberdayakan perempuan lain. 

 

"Jadi rekomendasi internal untuk literasi digital adalah, kami akan mengupayakan terbentuknya Fatayat TV sebagai media untuk bisa mengakomodir dan mengeksplorasi potensi perempuan lebih maksimal" tutup Anggia.

 

Perhelatan Konferensi Besar Fatayat NU ditutup malam ini dengan mengadakan pesta rakyat dan parade budaya di pesisir pantai area Islamic Center Ambon. (Red)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement