REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat nama Syekh Muhammad Yasin al-Fadani sebagai seorang ulama besar dari Indonesia. Walau lahir dan wafat di Makkah (Arab Saudi), gelarnya menunjukkan daerah asalnya yakni Padang, Sumatra Barat.
Syekh Yasin al-Fadani dijuluki sebagai “Gudang Sanad Dunia Abad ke-20” atau Musnid ad-Dunya. Untuk sekadar gelar musnid "saja", tidak dapat disematkan begitu saja tanpa pengakuan yang luas. Maka, Musnid ad-Dunya adalah bukti kedalaman ilmu yang dimiliki ulama tersebut. Ia diakui luas telah meriwayatkan hadis lengkap dengan sanad-sanadnya.
Di antara penyebab Syekh Yasin al-Fadani memiki begitu kaya sanad ialah kegigihannya dalam berkelana. Dia mengunjungi banyak negeri untuk mendapatkan sanad yang runtut.
Ada sekitar 700 guru yang dijumpainya dalam perjalanan. Rutenya antara lain, ke Yaman, Mesir, Palestina, Lebanon, Suriah, Irak, Pakistan, India, dan Nusantara.
Ketika ke Indonesia, tentunya Syekh Yasin tak sekadar "pulang kampung", melainkan juga melakukan rihlah keilmuan. Tiap ia datang ke Tanah Air, kesempatan ini juga tak disia-siakan ratusan ulama dan santri. Mereka ingin mendapatkan ilmu dari sang Musnid ad-Dunya.
Pada 1979, Syekh Yasin al-Fadani menyempatkan diri untuk datang ke Muktamar Nahdlatul Ulama (NU). Kunjungan ini tentunya disambut antusias oleh kalangan tokoh dan warga Nahdliyin seluruhnya.
View this post on Instagram
Hampir 'lupa' menikah