REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ekspor industri halal Malaysia mengalami kenaikan 1,2 miliar ringgit Malaysia (atau Rp 4,2 triliun) menjadi 43,4 miliar ringgit Malaysia (sekitar Rp 15 triliun) dibandingkan 2016. Dilansir dari The Malaysian Reserve Senin (19/3), industri kecil dan menengah menghasilkan 3,8 miliar ringgit Malaysia. Sementara perusahaan kecil menyumbang 1,5 miliar ringgit Malaysia.
CEO Industri Halal Corp Sdn Bhd (HDC) Datuk Seri Jamil Bidin mencatat, perusahaan multinasional (MNC) terus mendominasi pasar dengan ekspor senilai 38 miliar ringgit Malaysia.
Ia menjabarkan, industri makanan dan minuman menghasilkan nilai ekspor terbesar sebesar 20,1 miliar ringgit Malaysia, bahan halal sebesar 15,7 miliar ringgit Malaysia, olahan minyak sawit sebesar 3,6 miliar ringgit Malaysia, produk kosmetik dan perawatan pribadi sebesar 2,9 miliar ringgit Malaysia.
Produk Halal Bukan Hanya untuk Muslim, Ini Alasannya
Jamil mengatakan tahun lalu, importir Malaysia diambil alih oleh Singapura untuk pertama kalinya, dengan nilai perdagangan senilai 4,9 ringgit Malaysia. Ia mengatakan, Cina telah memimpin pasar dengan rata-rata transaksi senilai 4 miliar ringgit Malaysia di tahun sebelumnya.
Pada 2017, negara tersebut mencatat sekitar 4,8 miliar ringgit Malaysia transaksi, diikuti Jepang (2,8 miliar ringgit Malaysia), Amerika Serikat (2,7 miliar ringgit Malaysia), Indonesia (2,2 miliar ringgit Malaysia), Belanda (2 miliar ringgit Malaysia), Thailand (1,7 miliar ringgit Malaysia), Australia (1,5 miliar ringgit Malaysia), India (1,4 miliar ringgit Malaysia), dan Korea Selatan dengan 1,3 miliar ringgit Malaysia.
"Ada minat yang meningkat pesat terhadap produk halal dan industri halal pada umumnya," kata Jamil.
Menurut dia, hal itu tak lepas dari kesadaran potensi industri dan seberapa besar hal tersebut dapat berkontribusi pada ekonomi suatu negara. Ia mengatakan, populasi Muslim global lebih dari 1,8 miliar. Namun, menurut dia, sebagian besar minat untuk mengembangkan produk dan industri halal, berasal dari negara-negara non-Muslim, kecuali Malaysia.
"Mayoritas negara Muslim tampaknya menjadi konsumen terbesar dan bukan produsen produk halal," kata dia.
CEO Malaysia External Trade Development Corp (Matrade) Mohd Shahreen Zainoreen Madros mengatakan rencana penyelenggaraan Malaysian International Halal Showcase (Mihas) 2018 bulan depan, bertujuan meningkatkan nilai perdagangan antara 5 persen dan 7 persen.
Ia mengatakan, acara tersebut mampu menarik lebih dari 22 ribu pengunjung perdagangan bersama 576 perusahaan dari 33 negara pada 2017. Penyelenggaraan tahun lalu mencatat, ada transaksi lebih dari 1 miliar ringgit Malaysia dalam acara itu.
Tahun ini, kami menargetkan kenaikan antara 10 persen hingga 15 persen pengunjung, serta 800 perusahaan ikut serta dengan lebih dari 1.000 penetrasi stan pameran, ujar dia.