REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah, KH Cholil Nafis, mengapresiasi semangat umat yang tersinggung dengan penistaaan agama (Alquran). Dampak dari penistaan agama itu adalah secara spontan umar Islam lalu bergerak dan menggelar unjuk rasa. Aksi ini kemudian dikenal dengan gerakan aksi bela Islam 212.
"Itu bukan rekayasa, bukan kekuatan figur dan bukan kelompok tertentu, tapi itu umat," ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Jakarta, Ahad (4/3).
Menurutnya, masalah penistaan agama sudah selesai karena pengadilan sudah memutusnya, hukum sudah dijalankan, dan semua proses selesai. Meskipun masih ada proses hukum peninjauan kembali (PK). "Bahkan ada yg belum bisa move on. Baiknya kita rajut kembali sebagai anak bangsa demi NKRI," ucapnya.
Ribuan umat Islam mengikuti aksi super damai 212 di Lapangan Monas (Ilustrasi).
Kiai Cholil menekankan, demo 212 tak perlu diperpanjang apalagi sampai ada alumninya segala, atau bahkan menjadi kelompok politik yang mendukung salah satu calon di Pilkada atau Pilpres. "Saya yakin orang-orang yang hadir di 212 sebagian besar karena terpanggil oleh Alquran dan semangat kerukunan beragama," ungkapnya.
Dia meminta, umat bersatu dengan gerakan pemberdayaan dan persatuan agar semangat solidaritas anak bangsa tumbuh subur. "Mari rajut kembali persatuan anak bangsa dan jadikan pilkada sebagai ajang kompetisi untuk mengabdi dan memajukan negeri," ucapnya.
"Gerakan 212 jangan sampai menjadi alat politisasi meraih kekuasaan karena yang mengaku pemimpin alumni itu tak mungkin bisa mengatasnamakan 7 juta orang yang unjuk rasa. Mari jadikan semangat itu sebagai kesatuan untuk pemberdayaan ekonomi dan peningkatan sumberdaya manusia umat," ujarnya.