Rabu 31 Jan 2018 04:36 WIB
Belajar Kitab

Hindari Hawa Nafsu Ketika Memimpin

Kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan di kehidupan dunia sekaligus akhirat.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Pemimpin
Foto: pixabay
Ilustrasi Pemimpin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Karya Syekh Nawawi al-Bantani berjudul al-Futuhat al-Madaniyah fis Syu'ab al-Imaniyah merupakan kitab penuh hikmah yang mengajarkan masyarakat tentang keimanan.

Putra Tanara Banten ini juga menjelaskan beberapa akhlak yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti mengemban kekuasaan dengan adil pada poin ke-50. Pemimpin harus membuat keputusan dengan benar di tengah masyarakat.

Hindari hawa nafsu yang hanya membawa pemimpin kepada ke pentingan segelintir orang dan mengabaikan kemaslahatan masyarakat luas. Kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan di kehidupan dunia sekaligus akhirat. Masyarakat akan menilai apakah kepemimpinan berjalan dengan baik atau tidak. Allah juga akan mengganjar kepemimpinan baik dengan pahala atau bahkan siksaan.

Kekuasaan yang paling kecil adalah atas diri sendiri dan seluruh anggota tubuh. Laksanakanlah segala aturan Allah pada diri Anda karena Anda adalah wakil Allah atas segala kondisi pada diri sendiri dan semua yang lebih luas dari itu, tulis syekh kelahiran 1813 masehi.

Termasuk akhlak berbangsa adalah patuh kepada pemimpin (ulul amr). Meskipun pemimpin itu adalah seorang budak buruk rupa, masyarakat wajib menaatinya, selama apa yang diperintahkan adalah kebaikan.

Dalam menjelaskan poin ke-51 ini, Syekh Nawawi menuliskan kisah seorang non-Muslim memasuki sebuah daerah. Ketika itu dia melihat masyarakat ramai ber kerumun untuk menyaksikan pemimpin mereka datang. Orang tersebut ikut berkumpul. Ketika itu dia tercengang, karena pemimpin yang dimuliakan itu dulunya dia kenal sebagai budak.

Sejak itu dia menyadari bahwa Allah de ngan kuasanya mampu mengubah mem bolak-balik keadaan manusia. Dia ke mudian mengikrarkan keimanan kepada Allah dan Rasulullah.

Secara tersirat Syekh Nawawi menjelaskan bahwa iman tak sekadar tertanam dalam hati atau sebatas kata-kata manis. Lebih dari itu, keyakinan harus terwujud dalam laku-kata yang terpuji, yang tidak menyakiti hati orang lain, mendukung kemajuan hidup, dengan dasar keimanan yang kokoh.

Tetap relevan

Meski ditulis oleh intelektual yang hidup pada abad ke-19, kitab ini tetap menjadi solusi atas persoalan akhlak dan kepri badian masyarakat kini. Al-Futuhat al-Madaniyah menyegarkan pemahaman masyarakat tentang bagaimana seharusnya mengaplikasikan keimanan dalam kehidupan sehari-hari, dalam laku-kata kepada sesama makhluk, termasuk di dalamnya alam tempat semua makhluk tinggal.

Dengan membaca kitab ini, seseorang dapat sedikit memahami akhlak tasawuf yang menjadi ruh pembentuk kepribadian Muslim taat kepada Sang Pencipta. Kitab ini juga mengarahkan pembacanya untuk memahami bagaimana bermuamalah kepa da sesama.

Yang lebih penting lagi, Syekh Nawawi juga mengajarkan akhlak berbangsa untuk mewujudkan kehidupan bermasya rakat yang adil, berdaulat, dan makmur. Ini menandakan sang alim mencintai negerinya dan ingin umat Islam di mana pun menjadi bagian dari perubahan ke hidupan yang berkembang atau madani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement