Ahad 28 Jan 2018 13:25 WIB

Mengenang Insiden Penembakan di Masjid Quebec

Meski mencurahkan duka cita atas penembakan di masjid itu, Islamofobia tetap ada.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Karangan bunga tanda berduka diletakkan di dekat TKP penembakan Masjid Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Quebec City, Kanada.
Foto: Mathieu Belanger/Reuters
Karangan bunga tanda berduka diletakkan di dekat TKP penembakan Masjid Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Quebec City, Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID,  Acara untuk menandai peringatan pertama pada penembakan tragis di sebuah masjid di kota Quebec, Kanada, dimulai sejak Jumat (26/1), di berbagai kota di Kanada. Acara itu berlangsung selama empat hari hingga Senin (29/1).

Penembakan di Masjid Quebec terjadi pada 29 Januari 2017, saat jamaah umat Muslim tengah melaksanakan shalat subuh. Insiden tersebut telah menewaskan enam orang Muslim dan 19 lainnya mengalami luka-luka. Mereka yang tewas diidentifikasi antara lain Mamadou Tanou Barry (42 tahun), Abdelkrim Hassane (41), Khaled Belkacemi (60), Aboubaker Thabti (44), Azzeddine Soufiane (57), dan Ibrahima Barry (39).

Pelaku penembakan, Andre Bissonnette (27), telah ditangkap dan menghadapi enam tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan enam lainnya karena percobaan pembunuhan. Palais Montcalm, sebuah gedung konser di Quebec City, penuh sesak saat nama-nama yang tewas itu diproyeksikan ke sebuah layar, sebelum dimulainya sebuah konferensi yang berjudul "Hidup bersama dengan perbedaan kita".

Konferensi tersebut diselenggarakan oleh Center for Prevention of Radicalization Leading to Violence. Herman Deparice-Okomba, direktur eksekutif pusat tersebut, mengatakan, penembakan tersebut mempengaruhi semua orang Quebec. Namun, tidak ada tempat untuk menaruh dendam terhadap insiden tersebut.

"Di Quebec, ada sebelum dan sesudah 29 Januari 2017. Beberapa orang memberi makan dan memicu kebencian, tapi kebencian bukanlah pilihan di Quebec," kata Deparice-Okomba, dilansir dari World Bulletin, Ahad (28/1).

photo
Azzedine Najd (kanan) dan istrinya Fadwa Achmaoui di dekat lokasi penembakan di Masjid di Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Quebec City, Kanada.

Keluarga korban akan berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat malam. Acara ini bersifat pribadi, tapi ibadah shalat tersebut akan langsung disiarkan secara online. Pada Sabtu, semua orang diajak ke masjid, di mana akan ada ucapan belasungkawa yang diterima sepanjang tahun. Juga, untuk pertama kalinya, keluarga korban akan berbicara kepada publik.

Sedangkan pada Ahad, ada pertemuan anggota komunitas First Nations dan orang-orang dari berbagai afiliasi keagamaan untuk melangsungkan do'a lintas agama dan musik. Sementara pada Senin, sebuah vigil (membawa lilin) akan diadakan di masjid untuk menandai peringatan pertama tragedi tersebut. Masyarakat dapat meninggalkan bunga dan tanda peringatan lainnya di dekat masjid.

Di Calgary, Alberta, sebuah upacara ditetapkan pada 29 Januari di balai kota, dengan acara serupa di Winnipeg, Manitoba, pada hari yang sama. Sedangkan di Vancouver, sebuah vigil akan diadakan pada 27 Januari. Peringatan lainnya akan diadakan di New Brunswick, Nova Scotia, dan Newfoundland dan Labrador. Di Ontario, acara akan berlangsung di berbagai tempat di Toronto.

Meski mencurahkan duka cita atas penembakan di masjid tersebut, Islamofobia tetap ada. Sebuah kelompok Quebec bernama La Meute (Wolf Pack) mengadakan beberapa demonstrasi anti-Islam pada 2017. Sementara sebuah kendaraan milik Mohamed Labidi, presiden Pusat Kebudayaan Islam Quebec yang merupakan tempat penembakan tersebut terjadi, menjadi korban serangan. Mobil miliknya terbakar pada Agustus lalu.

Peristiwa itu terjadi sehari setelah dia dan Walikota Kota Quebec, Regis Labeaume, tampil di depan publik untuk merayakan penjualan tanah milik kota tersebut kepada komunitas Muslim untuk pemakaman Muslim pertama di kawasan yang dikelola oleh umat Islam. Berbagai insiden di Kota Quebec membuat kaum Muslim khawatir atas keselamatan mereka.

"Tindakan ekstremis sekarang mempengaruhi kehidupan kita, kehidupan warga Quebec dan Muslim Kanada, juga harta dan agama kita," kata Pusat Kebudayaan Islam Quebec di halaman Facebooknya pada Agustus 2017 silam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement