Sabtu 27 Jan 2018 09:07 WIB

ACT kirimkan 100 Ton Beras dan 100 Relawan ke Papua

Agats adalah wilayah yang warganya mengalami krisis pangan dan gizi buruk terparah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Petugas kesehatan memberikan perawatan kepada sejumlah anak penderita gizi buruk dari kampung Warse, Distrik Jetsy di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1). (Ilustrasi)
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Petugas kesehatan memberikan perawatan kepada sejumlah anak penderita gizi buruk dari kampung Warse, Distrik Jetsy di RSUD Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Senin (22/1). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi cepat tanggap (ACT) tengah menyiapkan keberangkatan kapal kemanusiaan menuju Papua dengan membawa 100 ton beras serta sejumlah kebutuhan pangan lainnya guna mencukupi gizi masyarakat di Distrik Agats kabupaten Mimika, Papua. Bantuan ini dikirim untuk mengurangi beban masyarakat yang dilanda kejadian luar biasa (KLB) di wilayah Indonesia Timur.

Distrik Agats merupakan wilayah yang warganya mengalami krisis pangan dan gizi buruk terparah. Kapal kemanusiaan rencananya akan diberangkatkan dari pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan pada pekan depan.

"Kami tengah menyiapkan 100 ton beras dan 100 relawan termasuk paramedis di dalamnya," ujar Vice President ACT, M Insan Nurrohman yang juga penanggung jawab pemberangkatan kapal kemanusiaan Papua, dalam rilisnya diterima Republika.co.id, Sabtu (27/1).

Selain bantuan beras dan relawan, ACT juga berencana menyiapkan dapur umum guna membantu masyarakat lepas dari problem gizi buruk dan krisis pangan. "Saat ini beberapa tim dokter dan relawan ACT sudah ada di tanah Papua sejak pekan lalu," ucap Insan.

Seperti diketahui, Distrik Agats merupakan daerah yang terparah mengalami krisis pangan dan gizi buruk. Akibat krisis ini diberitakan 70 anak-anak Papua meninggal dunia.

Di tanah yang subur, kaya akan tambang emas, tembaga dan uranium ini sangat miris bila masyarakatnya mengalami gizi buruk dan krisis pangan. "Kita berusaha melakukan langkah emergency. Minimal hingga satu bulan kedepan masyarakat disana bisa kembali sehat dan lepas dari jeratan krisis pangan serta gizi buruk," kata Insan.

Insan menambahkan, setiap memberikan bantuan kemanusiaan ACT tidak pernah pilih-pilih. Menurut dia, siapapun berhak menerima manfaat, baik korban bencana di dalam negeri maupun luar negeri. ACT juga tidak melihat berdasarkan agama.

"Mau di dalam negeri atau di luar negeri, mau agamanya Islam, Kristen, protestan, Hindu atau Budha, selama berkenaan dengan kemanusiaan tetap wajib dibantu," jelas Insan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement