REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakaf bisa digunakan untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs). Misalnya untuk mengurangi kemiskinan, menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan, menyediakan air bersih dan sanitasi layak, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, dan mengurangi kesenjangan ekonomi.
Demikian salah satu poin yang disampaikan Anggota Badan Wakaf Indonesia, Fahruroji, pada lokakarya dan diskusi grup terfokus dengan tema “Waqf for Sustainable Development Goals” pada Kamis (7/1). Kegiatan ini diselenggarakan oleh United Nations Development Program (UNDP) Indonesia di Unpad Training Center, Bandung.
Untuk mewujudkan hal itu, kata Fahruroji, wakaf harus dikelola secara produktif. “Dalam rangka mendukung program SDGs, maka wakaf harus dikelola secara produktif sehingga harta wakaf berdaya guna dan bermanfaat,” ujar Fahruroji.
Menurutnya, beberapa nazhir wakaf yang sudah terdaftar di BWI sudah melaksanakan pola pengelolaan wakaf secara produktif dan sebagian keuntungannya disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan salah satu dari 17 tujuan yang ingin dicapai program SDGs.
Sementara itu, Wakil Direktur UNDP Francine Pickup dalam sambutannya menyatakan bahwa UNDP sangat serius untuk mengurangi kemiskinan melalui program SDGs. Kesuksesan pogram itu bisa didorong melalui sektor keuangan sosial Islam, yaitu zakat dan wakaf.
“Tanah wakaf di Indonesia besarnya tiga kali luas negara Singapura. Ada pula dana wakaf yang terus meningkat. Ini bisa kita gunakan untuk pembiayaan yang memberi dampak sosial SDGs,” kata Pickup.
Untuk zakat, kata Francine Pickup, UNDP sudah mempunyai program bersama dengan Baznas di Provinsi Jambi. Maka melalui kegiatan ini diharapkan akan ada kerja sama yang kongkrit dengan BWI dalam mensukseskan program SDGs di Indonesia. Untuk mensukseskan program wakaf yang selaras dengan SDGs, UNDP akan berkoordinasi lebih intens dengan instansi terkait, seperti BWI, BI, OJK, Bappenas, dan KNKS.
Pickup pun mengapresiasi Indonesia sebagai pelopor keterlibatan keuangan Islam wakaf dan zakat dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan SDGs. “Bukan hanya sebagai sumber pendanaan, tapi juga filosofi mendasar dan kemitraan.”
Lokakarya tersebut mengundang beberapa narasumber, di antara Fahruroji dari BWI, Nana Mintarti dari Baznas, Intan Natasha Putri dari Bappenas, dan Jamal Othman dari Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Dian Masyita dari Universitas Padjadjaran.