Selasa 05 Dec 2017 18:21 WIB

Abrasi Pantai Ancam Makam Ulama Besar Minangkabau

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Warga berada di rumahnya yang nyaris roboh akibat abrasi, di Pantai Ulakan, Padangpariaman, Sumatera Barat, Kamis (30/11).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Warga berada di rumahnya yang nyaris roboh akibat abrasi, di Pantai Ulakan, Padangpariaman, Sumatera Barat, Kamis (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ekstremnya cuaca yang melanda Sumatra Barat dalam sepekan belakangan semakin menambah ancaman abrasi pesisir Pantai Ulakan di Padang Pariaman, Sumatra Barat. Lautan yang semakin menjorok ke daratan tak hanya merusak bangunan milik masyarakat, tapi juga sebuah makam salah satu ulama besar Minangkabau, Syeikh Burhanuddin Ulakan.

Berdasarkan penuturan masyarakat, ancaman abrasi di Pantai Ulakan semakin nyata dalam dua tahun belakangan. Warga juga khawatir kondisi ini akan merusak bangunan fisik makam ulama besar yang menyumbangkan kontribusinya dalam penyebaran Islam di Tanah Minang tersebut.

Masyarakat bukannya tanpa usaha untuk menyelamatkan keberadaan makam Syeikh Burhanuddin Ulakan. Berbagai cara telah dilakukan, termasuk melapor kepada pemerintah daerah setempat, hingga memviralkan kondisi abrasi pantai yang mengancam makam. Bahkan, pesan yang ditujukan kepada Presiden Jokowi pun sempat dibuat.

Usaha masyarakat akhirnya terjawab. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V bakal membangun tanggul darurat sementara di Pantai Ulakan untuk menekan risiko abrasi pantai.

Kepala BWS Sumatra V Maryadi Utama menyebutkan, bahwa tanggul darurat tersebut sudah dipasang sejak pekan lalu. Meski pendanaan dibantu Pemda, namun warga secara sukarela ikut membangun tanggul darurat.

"Sekarang kita upayakan dulu seadanya. Tapi, beberapa bulan kedepan cukup kuat," kata Maryadi, Selasa (5/12).

Maryadi menyebutkan, tergeraknya pemda untuk membangun tanggul darurat setelah laporan warga yang mendadak viral di media sosial. Dari laporan tersebut, akhirnya BWS Sumatra V memutuskan menaruh karung-karung besar berisi pasir setinggi satu meter di sepanjang sungai. Meski bersifat darurat, ia berharap, tanggul buatan sepanjang 200 meter ini mampu meredam laju abrasi yang terjadi.

"Untuk sekarang tentu itu yang bisa kami lakukan. Kalau tahunya sebelum penganggaran, tentu kami akan cepat laporkan ke Pusat agar masuk dalam penganggaran," katanya.

Kendati demikian, pihaknya kini tetap akan membuat laporan abrasi pantai yang nantinya berasal dari pemerintah kabupaten Padang Pariaman, untuk dilaporkan ke tingkat Pusat. Sedangkan untuk membuat tanggul permanen, pihaknya masih dalam tahap merinci dan mengidentifikasi bangunan apa yang kelak cocok dijadikan penghalang abrasi di kawasan Ulakan tersebut.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Padangpariaman Budi Mulia mengungkapkan, bahwa abrasi di Pantai Ulakan sebetulnya sudah berlangsung sejak 1,5 tahun lalu. Ia juga mengaku, sudah menyampaikan hal ini ke level provinsi untuk dilakukan penganggaran pembangunan tanggul. Sayangnya, hal tersebut belum direspons.

Budi menyebutkan, sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di sepanjang Pantai Ulakan terancam oleh abrasi yang terbilang cukup cepat. Bahkan, katanya sudah banyak bangunan dan rumah warga yang lenyap akibat abrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement