REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj mengatakan, Indonesia saat ini masih menjadi Negara yang utuh karena jiwa nasionalisme rakyat yang tinggi. "Bangsa-bangsa di beberapa belahan Negara lain telah mengalami kehancuran akibat tidak memiliki jiwa nasionalisme," kata Said di Kendari, Kamis (12/10).
Dalam paparannya Said menjabarkan, prinsip nasionalisme bangsa Indonesia sudah ada sejak bangsa ini belum merdeka. "Para ulama khususnya pendiri Ormas NU KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1920-an telah meramalkan bahwa pada suatu masa negara-negara Islam khususnya di negara-negara Arab akan rapuh dan terpecah belah apabila tidak dilandasi kecintaan terhadap Tanah Air," katanya.
Para ulama di Timur Tengah di masa itu, kata dia, belum memiliki jiwa nasionalisme dalam rangka mempertahankan kedaulatan bangsa untuk kepentingan bersama. Sedangkan di Indonesia, lanjut Said, para ulama memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi diiringi dengan kesadaran bahwa bangsa Indonesia telah ditakdirkan menjadi bangsa majemuk. Sehingga wajib untuk menghormati kebhinnekaan dan menghargai perbedaan.
"Kita terdiri dari 700 suku, 400 bahasa, 17.500 pulau, yang ditakdirkan memiliki perbedaan dan kita wajib menerima itu. Allah menciptakan manusia dari bersuku-suku dan berbangsa, mengapa bukan jawa semua, atau Cina semua, Karena perbedaan diantara makhluknya itulah bukti bahwa yang absolut hanya Allah, sedangkan makhluknya berbeda-beda," katanya.
Bangsa Indonesia kata dia, sepatutnya tidak saling memusuhi kecuali kepada mereka yang melakukan pelanggaran hukum. "Kita tetap patut saling menghargai meski berbeda agama, suku, pilihan politik dan lain-lain, yang patut dimusuhi itu yang melanggar hukum, yang korupsi, bos judi, bos LGBT, bos narkoba, mereka musuh kita semua. Jika ada di antara kita yang ingin mengganti ideologi pancasila dengan ideologi yang lain maka kita usir dari Negara ini, suruh pindah ke negara lain," tegasnya.
Menurutnya, bahwa ideologi pancasila adalah final dan tidak perlu dipertentangkan. Ranah diskusi lebih baik mengarah pada bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila untuk mencapai tujuan bangsa yang adil, makmur, tenteram damai dan sejahtera.
Rektor IAIN Kendari, Nur Alim, mengatakan, perbedaan menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar. Maka semua pihak mengambil peran untuk menjaga kekuatan tersebut agar lebih bermanfaat demi kemajuan bangsa.