REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Indonesia dan Mesir adalah dua negara besar yang telah berkontribusi bagi perdamaian dunia di masa lalu, khususnya dalam mendorong kemerdekaan bangsa-bangsa dunia ketiga. Kedekatan kedua negara di masa lalu diharapkan dapat diterjemahkan sesuai dengan konteks kekinian, baik dalam bentuk kerja sama politik, ekonomi dan sosial budaya.
Hal tersebut mengemuka dalam seminar Visi Masa Depan Hubungan Indonesia Mesir yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, bekerja sama dengan Pusat Kajian Politik dan Media El-Hewar pada Rabu (4/10) kemarin, waktu setempat. Seminar itu diadakan untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Mesir.
Dalam kesempatan tersebut, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sidarto Danusubroto mendorong agar Indonesia dan Mesir dapat menjadi poros Islam moderat dunia. Apalagi, Indonesia saat ini menempati posisi sebagai negara mayoritas Muslim terbesar secara global, sedangkan Mesir sebagai negara Arab Muslim terbesar di kawasan TimurTengah yang dianggap mampu untuk menyebarkan pemahaman Islam yang damai.
"Kita bisa sama-sama mempromosikan Islam yang moderat, damai, berkeadilan, dan berkemakmuran. Ini dikarenakan Mesir memiliki al-Azhar yang merupakan kiblat dari Islam Sunni dunia,"ujar Sidarto.
Prof Adiningsih selaku keynote speaker dalam seminar itu mengharapkan agar di masa-masa yang akan datang kedua negara dapat mengembangkan dimensikerja sama dalam wujud yang lebih konkret. Di antaranya seperti pengentasan kemiskinan, pendidikan, investasi, dan bidang-bidang lainnya yang dapat mendorong kemajuan kedua bangsa.
"Potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan Mesir sangat besar dan perlu dimanfaatkan untuk kemakmuran kedua negara,"tuturnya.
Duta Besar RI di Kairo, Helmy Fauzy mengatakan, hubungan Indonesia dan Mesir memang sangat bersejarah. Hinggasaat ini, ketika membicarakan Mesir, masyarakat Indonesia setidaknya selalu teringat akan dua hal. Yang pertama adalah pengakuan kemerdekaan RI oleh Mesir pada 1945. Sementara yang kedua adalah kedekatan yang terjalin antara pendiri bangsa Indonesia, Soekarno, dan pemimpin Mesir Gamal Abdul Nasser.
Mesir dan Indonesia adalah teman dalam suka maupun duka. Seminar ini adalah upaya KBRI Kairo untuk mendapatkanrekomendasi dan pandangan para pakar dari berbagai macam bidang untukmengembangkan kerja sama kedua negara, kata Dubes Helmy.
Salah satu pembicara dari Mesir, Prof Yusuf Amer menuturkan, al-Azhar sebagai salah satu lembaga yang menjadi kiblatilmu-ilmu keislaman dunia saat ini memiliki kesan yang sangat positif terhadapIndonesia. Menurut dia, pimpinan al-Azhar Ahmad el-Tayeb pada beberapa waktulalu pernah mengungkapkan, umat Islam Indonesia sangat menghormati al-Azharsebagai pusat studi keislaman tertua di dunia.
Masyarakat Indonesia tahu bahwaal-Azhar adalah lembaga Islam terbesar yang menyebarkan ajaran Islam moderat,toleran, damai, dan menerima perbedaan, ujat Yusuf yang juga menjabat dekanFakultas Bahasa dan Terjemah Univeristas al-Azhar itu.