REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas penduduk Slovenia menganut Katolik, Ortodoks, atau Kristen. Sekitar abad ke-7 M, Katolik sudah masuk ke negara yang beribukotakan Ljubljana ini.
Gerakan Protestan menyebar pada abad ke-16, tapi tidak mendapat banyak pengikut di bawah penguasa Hapsburgh yang sangat pro-Katolik. Itulah alasan mengapa hingga kini mayoritas penduduknya tetap kuat menganut Katolik dengan proporsi sekurangnya 58 persen.
Slovenia pertama kali berjumpa dengan Muslim pada abad ke-16 ketika Ottoman menyerang wilayah itu. Serangan berlangsung selama lebih dari 200 tahun. Bosnia dan Kroasia telah ditaklukkan, tapi mereka tak pernah berhasil menaklukkan Slovenia. Perjumpaan ini meninggalkan kenangan buruk yang terus diwariskan dalam bentuk sastra dan seni.
Seiring waktu, Muslim kembali masuk ke Slovenia dengan cara berbeda. Veronika Bajt dalam "Muslims in Slovenia: Between Tolerance and Discrimination" menulis, Muslim mulai menetap di Slovenia pada 1970-an sebagai imigran ekonomi dari Yugoslavia. Jumlah mereka kini berkisar antara 2,4 persen atau 50 ribu jiwa dari total populasi. Mayoritas berasal dari Bosnia, tetapi ada pula Albania, Roma, Montenegro, Makedonia, dan Slovenia.
Pada masa berikutnya, Muslim juga berdatangan dari Afrika dan Timur Tengah. Mereka datang untuk belajar, sengaja menetap, atau sebagai pencari suaka yang dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya kian bertambah. Sayangnya, belum ada analisis lebih jauh mengenai pengaruh migran Muslim Timur Tengah yang baru saja tiba di negara seluas 20 ribu kilometer ini.