Rabu 13 Sep 2017 15:38 WIB

Selalu Sarungan

Warga mengikuti jalan sehat sarungan, Tangerang, Banten, Minggu (09/10).
Foto: Republika/Prayogi
Warga mengikuti jalan sehat sarungan, Tangerang, Banten, Minggu (09/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Choirul Hady Muhammad, namanya, ia berasal dari sebuah kampung di pinggiran Kabupaten Jombang. Santri yang akrab di sapa Cak Hady ini, sedang mengemban amanah dari LDNU untuk berdakwah menyebarkan paham ahlussunnah waljama'ah annahdliyyah serta membentengi saudara-saudara NU-nya yang berada di Hongkong dari serangan paham-paham radikal yang semakin gencar.

Awalnya ia berangkat dari Indonesia bersama Ustaz Muhammad Halabi Hamdi yang berasal dari Kalimantan Selatan.  Mereka berdua berbagi tugas, Ustaz Muhammad Halabi bertempat di kantor PCI NU di Couseway Bay, Hongkong. 

Di sana, ia menetap tinggal bersama Abdul Razak, Ketua PCI NU Hongkong saat ini, sedangkan Cak Hady bertempat di kantor LAZISNU yang ada di kota Sham Tsui Po. Ia tinggal sendirian.  Alhamdulillah, kantor LAZISNU yang diresmikan oleh K.H Said Aqil Siradj bulan lalu terbilang cukup bagus dan sangat layak untuk di tempati.

Dalam tiga hari pertama semenjak kedatangannya, santri yang sudah dibekali dengan bahasa Inggris oleh TIDIM LDNU ini memang belum mendapat  jadwal kegiatan sehingga waktu luang tersebut di pergunakannya untuk beradaptasi dengan iklim ataupun suasana setempat. Ada beberapa pengalaman yang ia bagi buat pembaca terkait suasana di Sham Tsui Po.

Pertama, di sekitar Sham Tsui Po market atau kalau di Indonesia semacam pasar tradisional. Pada malam harinya sekitar pukul 18.00 s/d 21.00 waktu setempat terdapat banyak penjual barang bekas pakai. Cukup heran ternyata tidak hanya di Indonesia di negara semaju Hongkong pun terdapat pasar loak.

Kedua, sepulang jalan-jalan dari pasar sekitar pukul 22.00 waktu setempat ia sedang berjalan menelusuri trotoar dia melihat ada beberapa wanita berdandan sangat seksi berdiri di pinggir jalan. Ia sebenarnya cuek saja karena berpikiran bahwa mereka adalah warga biasa yang sedang nongkrong saja, akan tetapi selidik punya selidik ternyata mereka adalah pekerja seks komersial.

MasyaAllah semakin lama semakin tahu bahwa di Sham Tsui Po ini ternyata memang banyak psk, panti pijat , dan orang mabuk-mabukan di jalan ketika malam hari. Sungguh ini adalah surprise dan tantangan baginya karena harus berdakwah di tempat seperti ini.

Akan tetapi ia tetap bertekad berjuang sekuat tenaga untuk mengembangkan Islam Nusantara islam yang Rahmatan lil'aalamiin walaupun sasaran utamanya adalah BMI (Buruh Migran Indonesia ) yang ada di Hongkong.

Pada hari keempat barulah ada kegiatan yaitu shalat Idul Adha yang dilaksanakan di kantor LAZISNU di ruangan seluas 4X15 meter inilah shalat Idul Adha dilaksanakan. Ruangan yang hanya mampu menampung sekitar 50 orang ini penuh sesak oleh jama'ah yang datang dari sekitar Sham Tsui Po.

Akan tetapi kekhidmatan dalam melaksanakan shalat Ied ini sangat dirasakan jama'ah walaupun dalam merayakan hari raya ini tidak seperti yang terlaksana di negara-negara Muslim pada umumnya karena di sini tidak ada penyembelihan hewan kurban hanya selesai shalat kita adakan doa dan dzikir bersama serta makan hidangan yang tidak jauh berbeda dari masakan di kampung halaman (Indonesia).

Kegiatan Cak Hady sehari-hari selama di Hongkong adalah mengajar Alqur'an dan pengajian kitab-kitab Ulama salaf Khas NU seperti 'Aqidatul awwam & Fathul majid untuk ilmu Tauhid, Sullamuttaufiq & Fathul qorib untuk ilmu fikih, risalatul mahidh dan lainnya di beberapa majlis ta'lim yang ada.

Terkadang juga di minta mengisi tausiyah pada event hari besar atau milad sebuah majlis taklim. Berbekal ilmu yang ia dapatkan dari pesantrennya, alumni Ponpes Tahfidzul-qur'an Al-azhar Banyuwangi & Ponpes Salafiyah Darul hikam Sidoarjo ini berusaha berbagi pengetahuan terhadap BMI yang memang sangat haus akan pencerahan dalam hal keagamaan.

Laki-laki kelahiran Banyuwangi ini walaupun berasal dari kampung alias eveteee ia juga tidak mau ketinggalan mengikuti perkembangan teknologi,ia juga aktif di media sosial baik itu facebook,instagram ataupun whats app, tidak lain tujuannya juga untuk berdakwah mengenalkan Islam Nusantara ke seluruh dunia dan untuk meng "counter" serangan faham radikal di media sosial atau media online.

Dari situlah ia mengetahui bahwa ada saudara NU-nya yang ada di Jerman bernama Muhammad Abdullah Syukri yang viral beberapa hari yang lalu dengan Sarungan challengenya,terinspirasi dari saudaranya tersebut maka iapun melakukan Sarungan Challenge pula di Hongkong dan sejak saat itu ia tidak pernah lagi memakai celana panjang.

Kemanapun ia pergi selalu sarungan bahkan ia berencana sampai kembali ke ndesonya ia akan sarungan, ketika ia di tanya apakah anda lebih suka sarungan dan tidak risih berpakaian berbeda dengan warga hongkong?

Jawabannya ringan saja "saya sudah sarungan dari kecil jadi tidak ada kata risih,dan yang perlu kita ketahui adalah sarungan itu manis, praktis, dan isis (jawa)."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement