Kamis 10 Aug 2017 20:53 WIB

Suka Duka Jadi Tukang Jagal Kambing

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Kholis, penjagal kambing di Rumah Pemotongan Hewan Pulogadung, saat bekerja, Kamis (10/8).
Foto:
Kholis, penjagal kambing di Rumah Pemotongan Hewan Pulogadung, saat bekerja, Kamis (10/8).

Sulaiman merasa membersihkan isi perut kambing sebagai bagian paling sulit dalam memotong kambing. Berbeda dengan Kholis tadi. Menurutnya, jika salah memotong bagian empedu, warna isi perut akan kusam dan agak kehijauan. Jika kondisinya seperti itu, konsumen jarang ada yang berminat membelinya.

Kalau soal menguliti kambing, Sulaiman juga merasa tidak begitu mengalami persoalan berarti. Menurutnya, hanya butuh kesabaran dan kelihaian tangan untuk menarik kulit dari dagingnya. Meski begitu, ia juga harus berhati-hati agar kulit kambing itu tidak sobek.

Tak jarang, ketika sedang menggunakan pisau atau golok untuk menguliti kambing itu, tangan Sulaiman tergores dan berdarah. Ia menunjukkan luka-lukanya yang lebih banyak terdapat di tangan sebelah kirinya.

"Nih, waktu motong eh ketancep di sini. Kebanyakan di tangan kiri, yang kanan kan megang pisaunya," katanya sembari menunjukkan luka di bagian dalam lengannya. Selain di bagian itu, di telapak tangan, di sisi luar jempol tangan kiri, di pergelangan tangan kiri Sulaiman juga terdapat luka yang mirip. Tapi, yang paling besar bekas lukanya ada di bagian dalam telapak tangannya.

"Ya biasa namanya juga kerjanya pakai pisau. Karena biasa lihat darah kambing, pas berdarah biasa saja. Diiket lukanya, terus dikasih bawang merah atau tidak balsem di lukanya biar langsung kering, haha," kata Sulaiman sambil tertawa.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Kholis. Ia juga kerap terkena pisau ketika sedang melakukan proses pemotongan kambing. Selain terkena pisau, baik Kholis dan Sulaiman mengaku pernah juga terkena tendangan dari kambing. Kholis mengatakan, ditendang kambing adalah hal yang lumrah karena memang risiko pekerjaannya. Kalau Sulaiman, ia mengaku santai saja jika memar di bagian pahanya karena terkena serudukan atau tendangan kambing.

"Ya daripada bingung cari kerja sekarang kan susah. Jadi ya saya ikut jagal kambing ini. Lumayan kan yang penting punya penghasilan," kata Kholis.

"Dulu pernah jadi karyawan dua tahun, tapi tidak betah soalnya jabatan tidak naik-naik. Jadi balik lagi ke usaha kambing ini, kalau tekun usaha kan bisa punya penghasilan juga," kata Sulaiman.

Menjaga Kepercayaan Konsumen dengan kualitas daging

Berbeda dengan Kholis yang biasa memotong kambing untuk akikahan atau orderan di pasar, Sulaiman mengaku biasa memasok daging kambing atau domba ke kedutaan besar. Salah satu kedutaan besar yang menjadi langganannya adalah Kedutaan Besar (Kedubes) Arab Saudi. Daging yang baru ia potong dan diantarkan ke Menteng tadi adalah untuk langganannya itu. "Sudah 20 tahun mereka langganan sama saya. Dari sekitar tahun 1997 ya berarti," kata Sulaiman.

Selain Kedubes Arab Saudi, Sulaiman juga pernah melayani permintaan dari beberapa Kedubes lainnya, yaitu Kedubes Aljazair dan Kedubes Portugal. Ia juga sempat memasok daging ke restoran yang menyajikan menu-menu timur-tengah. Tapi, saat ini ia sedang memasok ke Kedubes Arab Saudi saja.

"Saya juga jual ke pasar untuk dijual lagi. Harganya beda, kalau untuk penjual, saya jual Rp 85 ribuan sekilo. Kalau ke Kedubes, saya jual bisa Rp 110 ribu. Kan kalau penjual kan dijual lagi, kasihan kalau terlalu mahal kan untuk masyarakat juga," ujar pria lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement