REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua KPU Hasyim Asyari saat ini menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Ini lantaran putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) yang memecet Hasyim sebagai ketua KPU lantaran dugaan pelanggaran yang dilakukannya.
Terkait hal ini, masyarakat pun banyak yang menyebarkan isi khutbah yang disampaikan Hasyim saat Sholat Idul Adha di Lapangan Pancasila, Semarang pada 17 Juni 2024 lalu. Di mana, pada saat itu Presiden Jokowi hadir sebagai jamaah sholat.
BACA JUGA: Tanda Kiamat Budak Melahirkan Tuannya, Apa Maksudnya?
Berikut ini adalah kutipan khutbah Hasyim yang mengingatkan bahwa makna kurban adalah menyembelih sifat kebinatangan.
Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,
Agama kita menetapkan untuk menyembelih kurban binatang, berupa hewan ternak: domba, kambing, kerbau, sapi atau unta. Yang dikurbankan adalah binatang. Ini mengandung setidaknya dua makna, yaitu (1) sifat-sifat kebinatangan yang terdapat dalam jiwa seseorang harus dikurbankan dan disembelih, dan (2) jiwa dan perbuatan seseorang harus dilandasi dengan tauhid, iman, dan takwa.
Sangat banyak sifat kebinatangan yang terdapat dalam diri manusia, seperti sifat mementingkan diri sendiri, sifat sombong, sifat yang menganggap bahwa hanya golongannyalah yang selalu benar, serta sifat yang memperlakukan sesamanya atau selain golongannya sebagai mangsa, atau musuh. Sifat kebinatangan yang selalu curiga, menyebarkan isu yang tidak benar, fitnah, rakus, tamak, dan ambisi yang tidak terkendalikan, tidak mau melihat kenyataan hidup, tidak mempan diberi nasihat, tidak mampu mendengar teguran, dll merupakan sifat-sifat yang tercela dalam pandangan Islam.
Sifat-sifat yang demikian, jika tetap dipelihara dan bercokol di dalam diri seseorang, akan membawa kepada ketidakstabilan dalam hidup, ketidak-harmonisan dengan lingkungan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sifat-sifat yang demikian ini akan memudahkan jalan bagi terciptanya perpecahan dan ketidaktenteraman dalam kehidupan.
Ajaran Islam dengan ajaran kurbannya menghendaki agar seorang Muslim mau mengorbankan sifat-sifat seperti itu dengan tujuan agar kestabilan dan ketenteraman hidup dalam masyarakat dapat diwujudkan dan kedamaian antara sesama manusia dapat direalisir. Ajaran Islam menghendaki agar kurban yang disampaikan harus binatang yang sempurna sifat-sifatnya, jantan, tidak buta, tidak lumpuh, tidak kurus, dan tidak cacat. Ini mengandung makna bahwa di dalam melakukan kurban, beramal, dan berkarya setiap Muslim dituntut untuk berusaha dalam batas-batas kemampuan maksimal, dengan mengerahkan tenaga secara optimal, tidak bermalas-malasan, tidak melakukan sesuatu dengan sembrono.