Jumat 14 Jul 2017 17:31 WIB

Mengenal Kesultanan Banjar

Seorang wanita tengah mendayung jukung (perahu khas Banjarmasin) di pasar terapung Martapura  (Foto: Edwin Dwi Putranto)
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Seorang wanita tengah mendayung jukung (perahu khas Banjarmasin) di pasar terapung Martapura (Foto: Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kesultanan Banjar berdiri pada 1520 . Kesultanan ini semula berada di Kampung Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan kemudian dipindah ke Martapura, Kabupaten Banjar yang disebut juga Kerajaan Kayu Tangi. Kesultanan Banjar masuk Islam pada 24 September 1526. Kesultanan Banjar dihapuskan oleh pemerintah Belanda pada 11 Juni 1860. Pemerintahan darurat/pelarian berakhir 1905).

Teritorial

Teritorial Kerajaan Banjar pada abad ke 14 hingga 17 terbagi dalam tiga wilayah meskipun terminologi ini tidak dipergunakan dalam sistem politik dan pemerintahan dalam kerajaan. Ketiganya adalah Negara Agung, Mancanegara, Daerah Pesisir (daerah terluar).

Wilayah

Wilayah kerajaan Banjar meliputi titik pusat yaitu istana raja di Martapura dan berakhir pada titik luar dari negeri Sambas sampai ke negeri Karasikan. Kerajaan Banjar menaungi hingga ke wilayah Sungai Sambas dari awal abad ke-15 M hingga pertengahan abad ke-16 M yaitu pada masa Kerajaan Melayu Hindu Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas. Kerajaan Melayu Hindu Sambas runtuh pada pertengahan abad ke-16 M dan dilanjutkan Panembahan Sambas Hindu yang merupakan keturunan bangsawan Majapahit dari Wikramawadhana.

Perang Banjar

Pada 1826 diadakan perjanjian antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Adam, berdasar perjanjian dengan VOC yang terdahulu. Berdasar perjanjian ini, Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Putra Mahkota dan Mangkubumi, yang mengakibatkan rusaknya adat kerajaan, yang kemudian menjadikan salah satu penyebab pecahnya Perang Banjar.

Kebangkitan Kesultanan Banjar

Raja Muda Kesultan Banjar, Sultan Khairul Saleh berkomitmen memelihara dan membangkitkan budaya. Selain sebagai salah seorang trah Kesultanan Banjar, kepedulian Khairul Saleh terhadap keberlangsungan Kesultanan Banjar dan perkembangan budaya Banjar juga menjadi alasan dia dipercaya untuk menjadi Raja Muda.

Para zuriat Kesultanan Banjar memang sejak lama merindukan figur yang berani dan konsisten untuk dapat meneruskan Kesultanan Banjar yang lama vakum tersebut. Kebangkitan Kesultanan Banjar mendapat sambutan tidak saja dari masyarakat di Kalimantan Selatan dan regional Kalimantan, tetapi juga hingga ke luar negeri. Dari kalangan masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya pecinta budaya, kebangkitan Kesultanan Banjar memberi suntikan darah baru bagi kebangkitan budaya Banjar.

Maklumat

Untuk meningkatkan kontribusi warga Banjar di daerah dan di perantauan, Sultan Khairul Saleh menyampaikan Maklumat Kesultanan Banjar. Intinya berpesan agar warga Banjar saling menjaga kerukunan internal dan ekternal, jangan suka bacakut papadaan, pandai-pandai membawa diri, beradaptasi di tengah kemajemukan, sehingga membawa manfaat bagi daerah asal dan daerah yang ditempati. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement