REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa di Madinah, Nabi Muhammad mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Adapun Shuhaib bin Sinan dipersaudarakan dengan al-Harits bin ash-Shimmah.
Suatu kali, Shuhaib bin Sinan menceritakan kepada Rasulullah bagaimana dirinya bisa lolos hingga sampai ke Madinah. Setelah mendengarkan penuturan Shuhaib, Rasulullah berkata, Shuhaib beruntung... Shuhaib beruntung. Hal ini menggembirakan hati Shuhaib dan semakin meningkatkan semangatnya berjuang di bawah panji Islam.
Jihad menjadi salah satu bukti kepatuhan Shuhaib bin Sinan terhadap ajaran Islam. Dengan rasa syukur, Shuhaib bin Sinan mengenang masa-masa berjihad: Tidaklah Rasulullah SAW melaksanakan sebuah peperangan, melainkan saya ikut serta di dalamnya. Beliau tidak sekali pun mengadakan baiat, melainkan saya ikut menghadirinya.
Beliau tidak sekalipun mengutus sekelompok pasukan, melainkan saya ikut di dalamnya. Beliau tidak sekalipun berperang dari sejak pertama sampai akhirnya, melainkan saya terus berada di samping kanan atau kirinya selama peperangan itu berlangsung.
Selain berjuang di medan laga, Shuhaib bin Sinan juga termasuk kalangan Muhajirin yang sukses di Madinah. Meskipun harta bendanya telah ludes ke tangan kaum musyrik Quraisy, Shuhaib berhasil menjalin relasi perniagaan di Madinah. Sebab, jaringan bisnisnya sudah mencakup Romawi dan Persia.
Dengan kekayaannya, Shuhaib gemar bersedekah kepada orang-orang miskin di Madinah. Abu Nu'aim menjelaskan sosok Shuhaib bin Sinan sebagai, Seorang Muhajirin pendahulu, selalu mengorbankan harta benda dan jiwa raganya, selalu menunaikan diat bagi keluarganya, dan selalu bermunajat kepada Tuhannya.