Senin 24 Apr 2017 06:35 WIB

Balai Muslimin Indonesia, UII: Jihad Pemuda Islam di Awal Kemerdekaan

Soekarno-Hatta berembug bersama para tokoh di awal kemerdekaan
Foto:
Pemuda Islam berjuang melalui Laskar Hisbullah

Pada suatu sore di akhir Agustus 1946, seorang perwira Pembela Tanah Air (PETA) datang ke Balai Muslimin. Perwira bernama Otto Djaja itu ternyata seorang pelukis. Karim Halim yang mempunyai beberapa semboyan revolusi yang diperoleh dari Soebianto, mengusulkan agar Otto melukis semboyan-semboyan itu di dinding-dinding gedung dan kereta api. Otto setuju. Maka Hasjim, Sjarwani, dan Karim, segera pergi ke Senen dan Gunung Sahari mencari cat dan alat-alat melukis.

Berkaleng-kaleng cat aneka warna mereka peroleh dari Sidi Tando, anggota Angkatan Muda Pabrik.

Dibantu beberapa penghuni Balai Muslimin dan pelajar SMP Prapatan, Otto mulai beraksi. Sasaran pertama ialah pool trem di belakang Balai Muslimin. Dibantu oleh petugas pool trem, aksi melukis dinding trem berlangsung aman dan lancar.

Operasi melukis dinding trem yang hanya dilakukan pada malam hari itu, kemudian berlanjut di Stasiun Senen, Gambir, Beos, Manggarai, dan seluruh statsiun yang ada di Jakarta. Semboyan-semboyan revolusi itu pun segera menyebar, dan segera pula diikuti oleh para pejuang di Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang, dan lain-lain.

Maka, ramailah dinding kereta api dan gedung dengan semboyan revolusi: "Any nation has the right to self determination", "Indonesia never the life blood of any nation", "Indonesia Merdeka!", "70 Joeta Bangsa Indonesia: SATOE!", dan lain-lain.

Sosok Balai Muslimin Indonesia pun makin menegaskan eksistensinya ketika Sidang II Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada 15-17 Oktober 1945 dilangsungkan di asrama mahasiswa STI itu. Salah satu hasil monumental dari Sidang II KNIP ini ialah dibatalkannya Instruksi Pemerintah mengenai pembentukan partai tunggal karena dianggap dapat membahayakan sendi-sendi demokrasi, dan dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden No. X yang membolehkan rakyat membentuk partai politik secara bebas.

Nah, di saat rehat Sidang II KNIP itulah, Karim Halim yang merasa sampai pertengahan Oktober itu gaung Proklamasi Kemerdekaan belum terdengar di daerah, mengusulkan kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta agar para pemuda yang masih ada di Jakarta dikirim ke berbagai daerah untuk menggerakkan revolusi.

Bung Hatta menyambut usul Ketua II Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) itu dengan kalimat yang kelak menjadi sangat terkenal: "Nyalakan dan bakar semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Saya lebih rela Sumatera hangus terbakar, daripada dijajah kembali oleh Belanda!"

Dengan cepat rencana pengiriman para pemuda ke luar Jawa, tersiar luas. Balai Muslimin kembali menjadi pusat aktifitas perjuangan, karena seluruh rencana pemberangkatan pemuda dipersiapkan dari sana.

Selain perseorangan, ada juga yang mendaftar secara kolektif. Asrama Prapatan 10 mendaftarkan belasan nama. Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) mendaftarkan sejumlah anggotanya. Partai Arab Indonesia (PAI) melalui surat yang ditandatangani ketuanya, AR Baswedan, mendaftarkan enam orang. Dari Balai Muslimin sendiri, terdaftar sembilan peserta.

Setelah semua persiapan matang, pada 26 Oktober 1945 rombongan berangkat ke Sumatera berbekal beberapa puluh eksemplar UUD 1945, pamflet dan semboyan revolusi, ayat-ayat Quran dan Hadits tentang seruan jihad fi sabilillah, beberapa pucuk senjata, dan yang paling penting adalah tekad dan semangat untuk membangkitkan gairah rakyat mempertahankan kemerdekaan.

Rombongan pemuda yang berangkat ke luar Jawa itu dikenal dengan nama Barisan Pemuda Pelopor atau Angkatan Pemuda Pelopor, karena Menteri Penerangan Mr Amir Syarifuddin dan Mr Mohammad Yamin menyebutnya Pemuda Pelopor.

Meskipun gedung Balai Muslimin Indonesia sudah lama diratakan dengan tanah, tidak siapapun dapat menghapus peran dan jejak para penghuninya di dalam menggelorakan dukungan rakyat terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru saja diproklamasikan itu.

*Lukman Hakiem,

Peminat Sejarah,Mantan staf M Natsir dan Wapres Hamzah Haz dan Mantan Anggota DPR

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement