Selasa 18 Apr 2017 16:43 WIB

Tantangan Terbesar Umat Islam di Jamaika

Peta Jamaika.
Foto: ezilon.com
Peta Jamaika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak mudah bagi kalangan agama lain untuk percaya dengan keyakinan tersebut. Setelah peristiwa 11 September, umat Islam selalu dikaitkan dengan pelaku teror dan kekerasan. Stigma negatif ini juga tumbuh di Jamaika. 

Rashida Khan menolak mentah-mentah tudingan ini. Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Islamic Council of Jamaika, Mustafa Muhammad. Ia menegaskan, pemberitaan media asing turut berperan dalam memperburuk citra Islam di seluruh dunia.

Agar citra buruk yang disematkan pada umat Islam itu segera membaik, Mustafa mengajak komunitas non-Muslim untuk mengenal Islam secara utuh. Kami siap memberikan penjelasan, bagaimana sesungguhnya agama Islam itu. Islam, kata dia, adalah agama yang sangat mencintai perdamaian dan membenci segala bentuk kekerasan.

Ada kalanya anggota dewan agama aktif mengunjungi kerumunan atau tempat keramaian, seperti taman. Mereka memberikan selebaran ataupun pamflet berisi informasi mengenai Islam. Tren ini sudah berlangsung beberapa lama dan berhasil menarik perhatian beberapa kalangan untuk berdialog dan berkomunikasi lebih lanjut.

Muslim di Jamaika, kata Mustafa, siap berdialog dengan semua unsur masyarakat. Langkah itu dinilai sebagai yang terbaik dalam upaya membangun saling pengertian antaragama. Dialog juga sangat dianjurkan oleh ajaran Islam.

Kata Islam dalam bahasa Arab berarti ‘salam’ atau ‘damai’. Jadi, kata dia, umat Islam adalah umat yang menjunjung semangat perdamaian dan kebersamaan, bukan kekerasan.

Salah satu bukti dari komitmen itu ditunjukkan kalangan Muslim dengan menggelar kegiatan pengobatan gratis bagi kalangan kurang mampu. Bertempat di masjid di Kingston, Muslim dan non-Muslim bekerja sama memberikan pelayanan medis bagi mereka yang membutuhkan.

Muhammad Syamsi Ali, direktur Jamaica Muslim Center yang juga imam Masjid Islamic Center di Kota New York (AS), menuturkan, upaya ini merupakan yang pertama di ibu kota, tetapi yang pasti bukanlah yang terakhir. Ini merupakan wujud komitmen kita dalam merekatkan hubungan antarmasyarakat, tegas Syamsi Ali, seorang tokoh agama AS asal Indonesia.

Pada bagian lain, tantangan terbesar Muslim di Jamaika adalah bagaimana mempertahankan akidah di negara non-Muslim. Hal tersebut, dikatakan oleh Mustafa, tidaklah mudah. Beragam masalah di lingkungan sosial, kemasyarakatan, ekonomi, dan sebagainya harus mendapat perhatian komunitas Muslim agar tidak berdampak pada kualitas keimanan.

Mustafa melihat komunikasi yang intensif antarumat Muslim perlu lebih ditingkatkan. Ini merupakan prasyarat penting guna mengukuhkan ukhuwah. Hanya dengan persatuan inilah, katanya, umat Muslim Jamaika akan sanggup menghadapi berbagai rintangan. Selain itu, dengan ukhuwah, ada harapan untuk dapat mengembangkan agama Islam di negara kepulauan itu. Bidang dakwah serta pendidikan agama perlu digencarkan. Bersama umat Islam yang kuat dan berkualitas, mereka mampu tampil menjadi bagian dari solusi untuk menyelesaikan beragam persoalan di tengah masyarakat.

Mustafa menegaskan, bila umat Islam diberi peran lebih di berbagai bidang, ada harapan bagi terwujudnya ketenteraman dan kesejahteraan. Ini karena Islam sangat menjunjung tinggi prinsip keadilan, persamaan, dan stabilitas. 

Kehidupan beragama di Jamaika berlangsung dalam suasana damai. Hampir tidak pernah terdengar ada kekerasan berlatar agama. Islam sendiri sudah diakui sebagai salah satu agama resmi. Para tokoh agama diperkenankan menyampaikan khubah, demikian halnya lokasi pemakaman khusus Muslim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement