REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamaika berada pada urutan pulau terbesar setelah Kuba dan Hispaniola di Laut Karibia, Amerika Tengah. Negara-negara tetangganya ialah Kuba, Haiti, Dominika, yang terletak di sebelah utara, sedangkan Honduras, Nikaragua, Kosta Rika, dan Panama terletak di selatan.
Menurut sensus 2001, afiliasi keagamaan di Jamaika terdiri atas 64 persen Kristen (62 persen Protestan dan dua persen Katolik Roma), dua persen Saksi-Saksi Yehuwa, dan 10 persen adalah kombinasi dari pemeluk agama lainnya.
Perincian agama lain yang dimaksud, yaitu 29.026 Rastafarian, 5.000 populasi Mus lim, 3.000 jiwa adalah umat Buddha, 1.453 penganut Hindu, dan sekitar 350 orang beragama Yahudi. Agama asli terbesar di Jamaika adalah Rastafarianism.
Konstitusi Jamaika menjamin kebebasan beragama warganya. Hukum di semua tingkatan melindungi hak ini secara penuh terhadap berbagai bentuk penyalahgunaan.
Baik pelanggaran yang dilakukan oleh negara maupun sipil. Tetapi memang sejauh ini, dalam praktiknya pemerintah menghargai kebebasan beragama warganya.
Situasi ini memang terbukti di lapangan. Meskipun agama mayoritas merupakan Kristen, umat Islam tetap bisa menjalankan praktik keagamaan mereka dengan leluasa dan tanpa intimidasi. Ada beberapa organisasi Islam dan masjid di Jamaika, termasuk Dewan Islam Jamaika (ICOJ).
Dewan Islam menyelenggarakan pendidikan Islam dan pusat dakwah, keduanya terletak di Kingston. Sedangkan di luar Kingston terdapat Masjid al-Haq di Mandeville, Masjid al-Ihsan di Negril, Masjid al-Hikmah di Ocho Rios, dan Port Maria Islamic Center di Saint Mary.
Presiden Dewan Islam Jamaica (ICOJ) Mustafa Muhammad mengatakan, Jamaika menjadi surga bagi umat Islam. Ini tidak berlebihan mengingat toleransi beragama yang begitu tinggi di Jamaika.
Muslim Jamaika tidak perlu merasa khawatir saat hidup bersosialisasi di masyarakat karena mereka hampir tidak pernah menerima ancaman kekerasan.
Setiap orang menghargai perbedaan yang ada dan saling menghormati satu sama lain.
Menurut Muhammad, hitungan resmi umat Islam bisa dikalkulasikan melalui jamaah reguler yang mengisi masjid-masjid di Jamaika. Pada 2013, jumlah mereka mencapai hampir 6.000.
Namun, ia meyakini jumlah tersebut akan terus bertambah. Hal ini didasarkan pada bertambahnya jumlah jamaah masjid setiap bulannya. Ia menambahkan, pemberitaan negatif tentang Islam di media telah memainkan peran dalam memicu rasa ingin tahu warga Jamaika tentang Islam.
Dengan adanya pemberitaan tersebut, umat Islam memiliki peluang untuk menjelaskan tentang hakikat Islam yang sebenarnya, dan meyakinkan mereka bahwa kekerasan yang terjadi tidak ada hubungannya dengan agama.
Pendidikan Kantor Pusat Dewan Islam Jamaica (ICOJ) memiliki masjid, kantor utama, sebuah sekolah dasar, dan klinik dokter. Keberadaan ICOJ bukan hanya menjadi tempat ibadah, me lainkan tempat orang dapat belajar tentang Islam dan Muslim.
Di ICOJ, terdapat perpustakaan kecil, tempat pengunjung sering telibat dalam diskusi.
ICOJ menyadari bahwa unsur pendidikan merupakan hal yang penting untuk menghapus kesalahpahaman tentang Islam. Mahasiswa sering mengunjungi ICOJ untuk melakukan penelitian akademik.
Semua sekolah di Jamaika, mereka datang ke sini, ketika mereka menyelesaikan silabus, mereka datang ke sini untuk belajar tentang Islam. Orang-orang di jalan, mereka datang ke sini untuk belajar tentang Islam. Setiap program pemerintah, kami selalu berpartisipasi di dalamnya, kata Syekhh Tijani, salah satu Imam ICOJ.
Menurut dia, kurikulum sekolah dasar yang ada di ICOJ tidak fokus pada pengajaran Islam. Bahkan, 90 persen dari siswa adalah anak-anak dari orang tua non-Muslim.
Ia percaya agama adalah masalah pilihan.
Selain pendidikan Islam, ICOJ juga memiliki program sosial untuk masyarakat berupa pembagian bahan makanan, yang akan didistribusikan kepada orang sakit.
Satu pekan sekali, ICOJ juga akan mengadakan pengobatan gratis.