Sabtu 15 Apr 2017 07:18 WIB
Entaskan Buta Huruf Alquran

Butuh Perjuangan Keras Bebaskan Anak dari Buta Huruf Alquran

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Mengaji
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Mengaji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Taman Pendidikan Alquran (TPA) al-Islah Bukit Harapan Soerang Parepare, Sulawesi Selatan, Ustaz Lukman menilai, upaya untuk membebaskan anak-anak dari buta huruf Alquran membutuhkan perjuangan yang keras. Jika guru salah melakukan pendekatan terhadap para peserta didiknya, bisa-bisa mereka malah lari dan tidak bersemangat mengikuti pelajaran. Bahkan, dengan biaya pendidikan yang paling murah sekalipun, anak-anak tetap saja malas belajar Alquran.

Di TPA al-Islah Bukit Harapan, kata Lukman, setiap santri hanya dikenakan SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) sebesar Rp 10 ribu per bulan. "Jika dihitung-hitung, total infak yang kami kumpulkan dari seluruh santri di sini setiap bulannya hanya Rp 400 ribu. Jumlah tersebut jelas tidak cukup untuk menghidupi 4 guru yang mengajar di TPA ini," kata Lukman.

Pemerintah Kota Parepare sendiri sebenarnya sudah mulai berusaha mengentaskan buta huruf Alquran di daerah mereka. Salah satu dengan menggulirkan program insentif untuk para guru mengaji. Melalui program tersebut, para pengajar Alquran di kota itu menerima uang sebesar Rp 600 ribu per kepala per tahun. Bantuan dana itu biasanya diserahkan kepada masing-masing guru mengaji pada saat bulan Ramadhan.

Di samping itu, Pemkot Parepare kini juga mewajibkan para pelajar di kota itu bisa baca tulis Alquran. Kewajiban itu seperti diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Parepare Nomor 10 Tahun 2015 tentang Baca Tulis Alquran yang mulai disosialisasikan sejak Oktober tahun lalu.

Di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, jumlah peminat lembaga pendidikan Alquran dilaporkan mengalami peningkatan pesat. Menurut data resmi pemerintah daerah setempat, saat ini terdapat 24 ribu anak yang terdaftar sebagai santri TKA (taman kanak-kanak Alquran) dan TPA di Kutai Timur. Berbagai elemen pun sengaja dilibatkan untuk membebaskan masyarakat di daerah itu dari buta huruf Alquran. Salah satunya adalah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia Kabupaten Kutai Timur (BKPRMI Kutim). Tahun lalu, lembaga tersebut berhasil mewisuda 416 santri cilik khatam Alquran.

"Semakin bertambahnya jumlah santri TKA/TPA di Kutai Timur menjadi bukti bahwa masyarakat di sini memiliki semangat juang yang besar dalam membumikan Alquran di daerah mereka,"  kata Ketua BKPRMI Kutim, Arafah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement