Kamis 13 Apr 2017 05:00 WIB

Masjid Nabawi Dirancang untuk Keamanan Jamaah

Masjid Nabawi tempo dulu.
Foto: Wikipedia.org/ca
Masjid Nabawi tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID, Hari-hari ini, menjelang pelaksanaan ibadah haji di bulan Dzulhijjah, ribuan umat Islam berdatangan ke Madinah al-Munawarah (yang bercahaya). Bagi pendatang baru, kunjungan ke Madinah akan memberi kesan yang dalam. Kota di gurun pasir itu tampak hijau penuh pepohonan, jauh dari kesan gersang seperti diceritakan orang selama ini. Kota begitu asri. Penghijauan tampak di seluruh sudut Madinah yang juga disebut Yatsrib. Jalan-jalan mulus, meliuk-liuk dan berulangkali melewati terowongan atau jembatan layang. Bila tak hati-hati melintasi jalan, jamaah bisa-bisa tertubruk kendaraan yang maunya selalu berlari kencang.

Namun, bagi peziarah yang pernah ke Madinah, pada kedatangannya tahun ini (1994), pasti akan melihat suatu perkembangan kota yang luar biasa. Madinah sekarang berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Kota Nabi di tengah gurun itu tak lagi gersang. Beberapa pucuk gunung tak dihijaukan dengan cat seperti beberapa tahun lalu, tapi benar-benar dihijaukan dengan pohon. Yang paling menarik perhatian peziarah tentulah perluasan Masjid Nabawi. Sebagai salah satu megaproyek pemerintah Saudi yang menelan sampai 30 miliar riyal alias Rp 15 triliun (1 riyal = Rp 500, red), pembangunan Masjid Nabawi akan mengundang decak kagum. Peletakan batu terakhirnya dilakukan Raja Fahd bin Abdul Aziz, pertengahan April 1994, sebagai tanda perluasan masjid mendekati tahap perampungan.

Masjid Nabawi mengalami perluasan yang menyeluruh. Kini luas keseluruhannya 98.500 meter persegi (9,85 hektare). Daya tampung jamaahnya mencapai 657 ribu orang. Sedangkan halamannya seluas 635 ribu meter persegi bisa menampung 450 ribu orang jamaah. Pada puncak pelaksanaan ibadah haji pada bulan Dzulhijah nanti, Masjid Nabawi dapat menampung satu juta jamaah.

Perluasan Masjid Nabawi bermula dari pidato Raja Abdul Aziz, 16 Sya'ban 1368 (1916). Ia menyiarkan khutbah terbuka ke seluruh umat Islam di pelosok dunia tentang rencananya memperluas Masjid Nabawi. Maksudnya, untuk mengantisipasi membludaknya peziarah umrah dan haji setiap tahun. Dua tahun kemudian, 5 Syawal 1370 (1914), tahap pertama proyek perluasan Masjid Nabawi dimulai. Pada akhir tahap pertama proyek perluasan ini, tahun 1375 (1919), Masjid Nabawi meluas jadi 16.671 meter persegi. Atap masjid disangga 474 tiang persegi dan 636 tiang bulat. Sedangkan lampunya berjumlah 16.411 buah.

Namun, semakin lama Masjid itu tak mampu lagi menampung jumlah jamaah yang terus bertambah. Proyek perluasannya kemudian dilanjutkan dengan tahap-tahap berikutnya oleh putera-putera Raja Abdul Aziz, terdiri dari Raja Saud, Faisal, dan Khalid. Itu sebabnya, setiap tahun Masjid Nabawi selalu berubah. Proyek perluasan tahap kedua itu tak hanya memfokuskan pada Masjid Nabawi, tapi juga penataan Kota Madinah secara keseluruhan, terutama wilayah sekitar masjid. Tata kota dirancang sedemikian rupa, sehingga jalan-jalan akses ke Masjid Nabawi bisa dilalui jamaah dari berbagai arah. Taman kota juga menjadi bagian mega proyek ini.

Peletakan batu pertama proyek perluasan terbesar dalam sejarah Masjid itu dilakukan oleh Raja pada bulan Safar 1405 (1985). Pembangunan perluasan Masjid dimulai sejak Muharram 1406 (1986), sekaligus dengan proyek perbaikan lingkungan sekitar masjid. Semula bangunan tambahan Masjid dibuat seakan terpisah dari bangunan lama. Namun, kedua bangunan lalu disambung menjadi satu kesatuan. Bangunan baru perluasan Masjid Nabawi mencapai area seluas 86.000 meter persegi, melingkari dan bersambung dengan bangunan perluasan tahap pertama dari sisi utara, timur, dan barat. Dengan tambahan bangunan itu, luas keseluruhan Masjid Nabawi kini mencapai 98.500 meter persegi alias 9,85 hektare.

Setelah perluasan baru, lantai dasar utama Masjid Nabawi bisa menampung sekitar 167 ribu jamaah salat. Sementara lantai bangunan baru hasil perluasan tahap kedua untuk salat, yang luasnya 67 ribu meter persegi ini, menampung 90 ribu jamaah. Dengan demikian, secara keseluruhan Masjid Nabawi kini dapat menampung 657 ribu jamaah pada ruangan yang luas keseluruhannya mencapai 167.500 meter persegi (16,75 hektare). Itu di luar halaman Masjid. Bila halaman luar Masjid juga dipakai untuk salat, maka Masjid mampu menampung 650 ribu jamaah pada saat-saat biasa. Sedangkan pada musim-musim tertentu, seperti haji dan puasa Ramadhan, Masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW tersebut bisa menampung sekitar satu juta orang jamaah salat.

Di bawah lantai dasar utama tadi, khususnya di bawah bangunan perluasan baru, dibangun pula ruang bawah tanah. Ruangan ini khusus dipergunakan untuk menampung alat-alat mesin dan listrik, di antaranya mesin pendingin udara (AC) yang berjumlah 143 buah. Mesin-mesin ini mengatur keadaan udara di lantai dasar utama, tempat jamaah melaksanakan salat dan i'tikaf.

Karena itu, jamaah tak akan merasa kegerahan selama berada di dalam masjid. Itu pula yang membuat jamaah betah beri'tikaf. Masjid Nabawi memiliki sepuluh menara, enam di antaranya baru masing-masing setinggi 99 meter. Menara-menara ini tersebar di sudut-sudut bangunan baru, termasuk di pintu Raja Fahd ibn Abdil Aziz di tengah sisi utara bangunan baru. Di puncak menara-menara itu dipasang bulan sabit yang dilapisi emas 64 karat, sehingga tinggi menara secara keseluruhan mencapai 105 meter. Berat bulan sabit itu, masing-masing 405 ton.

Ada sejumlah pintu masuk pada bangunan baru tersebut, di antaranya tujuh gerbang utama. Tiga di sisi utara, serta dua di masing-masing sisi timur dan barat. Setiap gerbang terdiri dari tujuh pintu kecil, masing-masing lebarnya tiga meter dan tingginya enam meter. Selain gerbang utama, terdapat dua pintu masuk lain di sebelah selatan yang masing-masing terdiri dari tiga pintu kecil.

Demikian pula, terdapat banyak pintu berukuran sedang yang tersebar di seluruh bagian permukaan Masjid. Dengan ini, jumlah keseluruhan Masjid yang telah diperluas itu mencapai 85 pintu. Luas halaman Masjid mencapai 635 ribu meter persegi, yang diperkeras dengan semen dan marmer, agar sebagian bisa dimanfaatkan untuk salat pada hari-hari Jumat dan musim haji atau Ramadhan. Bila dimanfaatkan secara keseluruhan, masjid dan halaman di seputarnya dapat menampung 650 ribu jamaah.

Di halaman tersebut dibangun tempat-tempat ambil wudhu, pos peristirahatan para peziarah, tempat parkir mobil, yang dikelilingi pagar-pagar berpintu. Juga pepohonan peneduh halaman. Di sini pun terdapat 6.800 pancuran untuk wudhu', 6.500 kolam air, dan 560 pancoran untuk minum. Tempat parkir mobil terdiri dari dua lantai, yang luas seluruhnya mencapai 390 ribu meter persegi. Kedua lantai parkir ini mampu menampung empat ribu mobil.

Para jamaah tak perlu sulit mencapai plaza utama, karena di tempat parkir itu terdapat 56 eskalator, 68 tangga naik dan 68 tangga turun. Selain itu, terdapat 68 tangga biasa yang aman dipakai untuk mencapai tempat-tempat parkir. Mega proyek perluasan Masjid Nabawi benar-benar dirancang untuk kenyamanan jamaah melaksanakan ibadah di tanah hijrah Nabi Muhammad SAW itu. Untuk itu, perluasan Masjid mempertimbangan keluar-masuk udara, serta keamanan jamaah, termasuk alat pencegah kebakaran modern. Keamanan jamaah benar-benar mendapat perhatian utama.

sumber : Disarikan dari Pusat Dokumentasi Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement